
Lebaran Ke-2, Jika Pasar Buka Rupiah akan Menguat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 June 2019 09:45

Mata Uang Garuda memang sedang kuat sejak perdagangan Jumat 31 Mei lalu, setelah Indonesia meraih peringkat mendapat kenaikan peringkat surat utang oleh S&P, lembaga pemeringkat yang dikenal paling konservatif.
S&P menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan proyeksi (outlook) stabil. Rating BBB stabil yang didapat Indonesia ini merupakan yang pertama kali dalam 24 tahun terakhir.
Selain itu melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Bank Dunia (World Bank/WB), untuk tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi sebesar 5,2% atau lebih tinggi dari rata-rata negara emerging market sebesar 4%. Prediksi dari Bank Dunia tersebut tidak berubah dibandingkan proyeksi sebelumnya yg diberikan pada bulan Januari lalu.
Di sisi lain, dolar Amerika Serikat (AS) sedang mengalami tekanan kuat akibat proyeksi pertumbuhan ekonomi Paman Sam dipangkas oleh Bank Dunia.
Perang dagang menjadi alasan bagi Bank Dunia untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun ini menjadi 2,5% dibandingkan tahun 2018 sebesar 2,9%. Tidak hanya itu, ekonomi terbesar di dunia tersebut juga diperkirakan akan melambat di tahun 2020 menjadi 1,7% dan di 2021 sebesar 1,6%.
Akibat pemangkasan produksi tersebut, pelaku pasar kini melihat peluang Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga di tahun in semakin menguat. Tidak tanggung-tanggung, para pelaku pasar melihat kemungkinan suku bunga dipangkas sebanyak tiga kali, yakni di bulan Juli, September, dan Desember.
Asal mula tingginya probabilitas pemangkasan suku bunga adalah pernyataan Presiden The Fed Negara Bagian St. Louis, James Bullard, yang mengatakan “suku bunga akan segera dipangkas”. Kemudian dibarengi dengan statemen dari pimpinan The Fed, Jerome Powell, yang tidak lagi menggunakan kata “bersabar” tapi menyatakan “akan mengambil tindakan yang sesuai” dalam menentukan suku bunga.
Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pada bulan Desember pelaku pasar melihat terdapat probabilitas sebesar 35,3% suku bunga The Fed berada di kisaran 1,50% - 1,75%. Probabilitas tersebut naik di bandingkan Rabu sore sebesar 34,2%.
Suku bunga saat ini sebesar 2,25% - 2,50%, yang berarti kemungkinan akan ada pemangkasan tiga kali masing-masing 25 basis poin di bulan Juli, September, dan Desember, berdasarkan data FedWatch tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
S&P menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan proyeksi (outlook) stabil. Rating BBB stabil yang didapat Indonesia ini merupakan yang pertama kali dalam 24 tahun terakhir.
Selain itu melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Bank Dunia (World Bank/WB), untuk tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi sebesar 5,2% atau lebih tinggi dari rata-rata negara emerging market sebesar 4%. Prediksi dari Bank Dunia tersebut tidak berubah dibandingkan proyeksi sebelumnya yg diberikan pada bulan Januari lalu.
Perang dagang menjadi alasan bagi Bank Dunia untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun ini menjadi 2,5% dibandingkan tahun 2018 sebesar 2,9%. Tidak hanya itu, ekonomi terbesar di dunia tersebut juga diperkirakan akan melambat di tahun 2020 menjadi 1,7% dan di 2021 sebesar 1,6%.
Akibat pemangkasan produksi tersebut, pelaku pasar kini melihat peluang Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga di tahun in semakin menguat. Tidak tanggung-tanggung, para pelaku pasar melihat kemungkinan suku bunga dipangkas sebanyak tiga kali, yakni di bulan Juli, September, dan Desember.
Asal mula tingginya probabilitas pemangkasan suku bunga adalah pernyataan Presiden The Fed Negara Bagian St. Louis, James Bullard, yang mengatakan “suku bunga akan segera dipangkas”. Kemudian dibarengi dengan statemen dari pimpinan The Fed, Jerome Powell, yang tidak lagi menggunakan kata “bersabar” tapi menyatakan “akan mengambil tindakan yang sesuai” dalam menentukan suku bunga.
![]() Sumber: CME Group |
Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pada bulan Desember pelaku pasar melihat terdapat probabilitas sebesar 35,3% suku bunga The Fed berada di kisaran 1,50% - 1,75%. Probabilitas tersebut naik di bandingkan Rabu sore sebesar 34,2%.
Suku bunga saat ini sebesar 2,25% - 2,50%, yang berarti kemungkinan akan ada pemangkasan tiga kali masing-masing 25 basis poin di bulan Juli, September, dan Desember, berdasarkan data FedWatch tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular