
Libur Lebaran, 2 Hari Berturut Rupiah Menguat Rp 14.212/US$
Houtmand P Saragih & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 June 2019 13:03

Layaknya kemarin (3/6/2019), sentimen yang memicu penguatan mata uang Ibu Pertiwi hari ini adalah dollar index yang belum pulih sepenuhnya setelah mencatatkan koreksi cukup dalam, yaitu sekitar 1,02% pada 2 hari sebelumnya.
Pada pukul 10:00 WIB dollar index, yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap 6 mata uang dunia, bergerak cenderung stagnan dengan hanya naik tipis 0,02% ke level 97.16 poin.
Dolar AS tampaknya mengambil posisi defensif karena ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS/The Fed akan memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat semakin tinggi.
Melansir situs CME, potensi dipangkasnya suku bunga acuan ke level 2-2,25% untuk kuartal 3 tahun ini, naik dari 44,8% menjadi 50,9%. Sementara itu, untuk kuartal 4 2019 bahkan ada 40,8% potensi untuk memangkas ke level lebih dalam lagi yaitu di kisaran 1,75-2%.
Penurunan suku bunga akan melemahkan risk appetite terhadap instrumen safe haven satu ini, karena imbal hasil yang diperoleh investor semakin terkikis.
Dolar AS juga tertekan karena imbal hasil dari treasury bond AS periode 10 tahun jatuh ke level terendah sejak September 2017 semalam, dilansir CNBC International.
Pelaku pasar memburu obligasi pemerintah AS didorong kekhawatiran semakin tingginya ketegangan perdagangan antara Washington dan mitra-mitra dagangnya.
Pasalnya, jika AS menyulut perang dagang baru maka perekonomian global semakin tertekan. Belum terkekskalasinya perang dagang AS dan China saja sudah berhasil membuat aktifitas industri manufaktur di berbagai negara Asia mencatatkan penurunan aktifitas bisnis. Indeks PMI manufaktur bulan Mei di Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan menunjukkan angka di bawah 50 poin. Angka PMI di bawah 50 menggambarkan penyusutan atau kontraksi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA (dwa)
Pada pukul 10:00 WIB dollar index, yang menggambarkan pergerakan greenback terhadap 6 mata uang dunia, bergerak cenderung stagnan dengan hanya naik tipis 0,02% ke level 97.16 poin.
Melansir situs CME, potensi dipangkasnya suku bunga acuan ke level 2-2,25% untuk kuartal 3 tahun ini, naik dari 44,8% menjadi 50,9%. Sementara itu, untuk kuartal 4 2019 bahkan ada 40,8% potensi untuk memangkas ke level lebih dalam lagi yaitu di kisaran 1,75-2%.
Penurunan suku bunga akan melemahkan risk appetite terhadap instrumen safe haven satu ini, karena imbal hasil yang diperoleh investor semakin terkikis.
Dolar AS juga tertekan karena imbal hasil dari treasury bond AS periode 10 tahun jatuh ke level terendah sejak September 2017 semalam, dilansir CNBC International.
Pelaku pasar memburu obligasi pemerintah AS didorong kekhawatiran semakin tingginya ketegangan perdagangan antara Washington dan mitra-mitra dagangnya.
Pasalnya, jika AS menyulut perang dagang baru maka perekonomian global semakin tertekan. Belum terkekskalasinya perang dagang AS dan China saja sudah berhasil membuat aktifitas industri manufaktur di berbagai negara Asia mencatatkan penurunan aktifitas bisnis. Indeks PMI manufaktur bulan Mei di Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan menunjukkan angka di bawah 50 poin. Angka PMI di bawah 50 menggambarkan penyusutan atau kontraksi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA (dwa)
Pages
Most Popular