Mantap! Sepekan, Rupiah Rebut Tahta Jawara Asia

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 June 2019 10:00
Mantap! Sepekan, Rupiah Rebut Tahta Jawara Asia
Foto: Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari bank BJB yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini (27-31 Mei), perlahan tapi pasti, mata uang Tanah Air terus menunjukkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat meskipun sentimen global kembali memburuk.

Rupiah menutup perdagangan pasar spot pada Jumat lalu (31/5/2019) ditutup di level Rp 14.270/US$. Alhasil selama sepekan rupiah berhasil mencatatkan penguatan 0,8% dan merebut tahta Jawara Asia.

Mata uang Asia lainnya yang juga membukukan penguatan terhadap dolar AS adalah baht Thailand, Yen Jepang, dan dolar Hong Kong.

Sementara itu, mayoritas mata uang Benua Kuning lainnya kalah melawan greenback, dengan rupee India menorehkan pelemahan terdalam mencapai 0,48%.





Sebagian besar mata uang kawasan Asia melemah karena aura perlambatan ekonomi dari Negeri Panda yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar di Asia yang kembali terlihat.

Pada April 2019, keuntungan perusahaan manufaktur di China turun 3,7% dibandingkan posisi yang tahun sebelumnya. Pada Maret, perusahaan manufaktur di China masih membukukan kenaikan laba 13,9% year-on-year (YoY).

Sementara pada Januari-April, keuntungan minus 3,4% YoY. Lebih dalam ketimbang posisi Januari-Maret yaitu minus 3,3% YoY.

Perlambatan aktivitas ekonomi China tentu akan mempengaruhi Asia secara keseluruhan, karena Negeri Tirai Bambu merupakan rekan dagang penting bagi negara-negara berkembang di Benua Kuning. Pelaku pasar pun memilih untuk berpaling ke dolar AS yang merupakan safe haven.

Terlebih lagi, rilis data teranyar Negeri Paman Sam semakin memantik investor untuk mengkoleksi greenback.

Pada Mei, Indeks Keyakinan Konsumen di AS versi Conference Board tercatat 134,1. Naik 4,9 poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya dan mencapai posisi tertinggi sejak November 2018.

Artinya, konsumen AS masih optimistis menatap masa depan. Konsumen masih berencana untuk meningkatkan belanja, yang bakal menjadi fondasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).

Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% dalam pembentukan PDB di Negeri Adidaya. Oleh karena itu, AS masih punya harapan ekonomi bakal tumbuh kencang seiring kuatnya konsumsi rumah tangga.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Pada dasarnya, menjelang libur nasional kenaikan Isa Al Masih pada Kamis (30/5), rupiah memang sempat bergerak menguat tapi terbatas. Pada penutupan pasar spot, Rabu 29 Mei, selama 3 hari beruntun mata uang Ibu Pertiwi ini hanya terapresiasi 0,07%.



Meskipun demikian, itu merupakan prestasi yang mengesankan karena mata uang Asia lainnya terpuruk karena dihantam sentimen global yang mempopulerkan dolar AS.

Rupiah seperti mendapat perlindungan dan dibentengi, karena beberapa kali jelang penutupan pasar harian, rupiah agak 'sprint'. Tampaknya 'tangan tak terlihat' dari Thamrin yakni Bank Indonesia memiliki andil untuk meredam laju pelemahan rupiah.

Lebih lanjut, rupiah ditutup kesetanan pada perdagangan Jumat lalu (31/5/2019) dengan menguat 0,94%, setelah Standard & Poors (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia.

Lembaga pemeringkat yang terkenal konservatif itu menaikkan peringkat surat utang pemerintah Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Ini menjadi kali pertama Indonesia diganjar peringkat BBB sejak 1995.

"Kami menaikkan peringkat utang sebagai cerminan kuatnya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kebijakan yang mendukungnya seiring perkiraan kembali terpilihnya Presiden Joko Widodo (Jokowi). Peringkat utang Indonesia akan terus didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah," sebut keterangan tertulis S&P.

Arus modal asing pun mulai mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih mencapai Rp 1,43 triliun yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,72%.

Berkat sokongan arus modal asing, mata uang Tanah Air pun melesat dan meninggalkan para tetangganya di belakang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/tas) Next Article Pecah Rekor 3 Tahun, Rupiah Perkasa Pimpin Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular