Investor Asing Borong Saham, IHSG Melejit 0,92%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 May 2019 12:32
Investor Asing Borong Saham, IHSG Melejit 0,92%
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,11%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memperlebar penguatannya seiring dengan berjalannya waktu. Per akhir sesi 1, IHSG melejit 0,92% ke level 6.160,07.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG menguat di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+3,44%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,22%), PT Astra International Tbk/ASII (+1,39%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+3,05%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,84%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,85%, indeks Hang Seng turun 0,18%, dan indeks Straits Times turun 0,56%.



Sentimen negatif bernama perang dagang menghantui jalannya perdagangan hari ini. Pertama, ada perang dagang AS-China. China kini semakin galak dalam menghadapi segala trik yang diambil AS dalam upayanya memenangkan perang dagang, seperti membatasi ruang gerak Huawei di AS.

China dengan tegas menyatakan siap jika harus menjalankan perang dagang dengan Negeri Adidaya.

"Kami menolak perang dagang, tetapi kami tidak takut untuk berperang. Provokasi yang dilakukan AS nyata-nyata adalah sebuah terorisme ekonomi, chauvinisme ekonomi, dan penindasan ekonomi," tegas Zhang Hanhui, Wakil Menteri Luar Negeri China, mengutip Reuters.

Kemudian, China juga kini diduga memiliki rencana baru dalam menghadapi AS. Seorang pejabat pemerintahan China memberikan pernyataan yang mengindikasikan bahwa China dapat menggunakan dominasinya atas kepemilikan tanah jarang (rare earth) sebagai senjata dalam melawan AS, dilansir dari CNBC International. Sebagai informasi, tanah jarang merupakan komponen yang sangat penting dalam membuat berbagai macam produk, salah satunya baterai.

"AS, jangan meremehkan serangan balasan China. Apakah rare earth menjadi senjata bagi China untuk balik menekan AS? Jawabannya tentu bukan sebuah misteri. Jangan bilang kami tidak memperingatkan Anda!" tulis tajuk People's Daily, harian terbitan Partai Komunis China.

Kedua, ada juga perang dagang AS-Meksiko yang bisa meletus dalam waktu dekat. Pasalnya, genderang perang dagang sudah ditabuh oleh AS. Pada hari Kamis (30/5/2019) malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump berkicau di Twitter bahwa AS akan mengenakan bea masuk sebesar 5% bagi seluruh produk impor asal Meksiko per tanggal 10 Juni.

"Pada 10 Juni, Amerika Serikat akan mengenakan bea masuk 5% terhadap semua produk yang masuk ke negara kita dari Meksiko, sampai masuknya imigran ilegal dari Meksiko ke negara kita BERHENTI. Bea masuk akan naik secara bertahap hingga masalah imigran ilegal diselesaikan," tulisnya.


Menyusul cuitan Trump tersebut, Gedung Putih dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa bea masuk yang dikenakan terhadap seluruh produk impor asal Meksiko tersebut akan naik setiap satu bulan sekali hingga krisis imigran ilegal diselesaikan.

"Bea impor akan naik menjadi 15% pada 1 Agustus 2019, menjadi 20% pada 1 September 2019, dan menjadi 25% pada 1 Oktober 2019," tulis pernyataan resmi Gedung Putih.

Asal tahu saja, Meksiko merupakan negara sumber impor terbesar kedua bagi AS. Menurut data dari Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengimpor barang senilai US$ 346,5 miliar dari Meksiko pada tahun 2018, mengimplikasikan kenaikan sebesar 10,3% dibandingkan nilai tahun 2017, dilansir dari CNBC International. Impor barang dari Meksiko berkontribusi sebesar 13,6% dari total impor barang AS pada tahun lalu.

Kinclongnya kinerja rupiah sukses memantik aksi beli di bursa saham tanah air, terutama oleh investor asing. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.375/dolar AS. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 630,6 miliar di pasar reguler.

Kala rupiah menguat, investor asing akan terhindar dari yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi beli mereka lakukan di pasar saham tanah air.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing per akhir sesi 1 di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 129,7 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 112,2 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 107,1 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 86,1 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 38 miliar).


Optimisme bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan berhasil membuat rupiah perkasa di hadapan greenback. Optimisme ini datang seiring dengan rilis data ekonomi AS yang relatif mengecewakan.

Kemarin, pembacaan kedua untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 3,1% (quarterly annualized). Memang lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun Dow Jones sebesar 3%, namun lebih rendah ketimbang angka pada pembacaan awal yang sebesar 3,2%.

Dengan adanya perlambatan ekonomi, muncul harapan bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 30 Mei 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini berada di level 32,6%.  Untuk pemangkasan sebesar 50 bps, probabilitasnya bahkan mencapai 35,7%.

Sementara itu, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipertahan di level 2,25%-2,5% sepanjang tahun ini hanya sebesar 10,7%. Praktis, rupiah mendapatkan energi untuk mengalahkan dolar AS. 



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular