
Yield Obligasi AS Kembali Inversi, Indeks Dolar Masih Stabil
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 May 2019 20:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Meningkatnya kecemasan akan pelambatan ekonomi global membuat yield obligasi (Treasury) Amerika Serikat (AS) kembali mengalami inversi.
Meski demikian dolar AS masih cukup stabil pada perdagangan Rabu (29/5/19), terlihat dari indeksnya yang naik tipis 0,04% ke level 97,99 pada pukul 20:05 WIB.
Inversi merupakan kondisi yield obligasi AS tenor 3 bulan lebih tinggi dibandingkan tenor 10 tahun, dan dijadikan indikator kemungkinan terjadinya resesi.
Melansir CNBC International, inversi yang terjadi kali ini merupakan yang terdalam sejak krisis finansial di AS. Yield obligasi tenor 3 bulan AS sebesar 2,36%, sementara tenor 10 tahun lebih rendah yakni sebesar 2,229%.
Serangkaian data ekonomi AS yang mengecewakan pada pekan lalu, dan perang dagang dengan China yang semakin memanas menjadi pemicu kecemasan akan pelambatan ekonomi AS. Beberapa bank investasi ternama juga sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Paman Sam.
Morgan Stanley memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal-II sebesar 0,6% diturunkan dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 1,0%. Begitu juga dengan JPMorgan yang menurunkan prediksi menjadi 1,0% dari sebelumnya 2,25%.
Masih stabilnya indeks dolar tidak lepas dari buruknya performa euro, kontributor terbesar dalam membentuk indeks dolar. Memanasnya tensi politik Italia dengan Uni Eropa membuat kurs euro melemah 0,09% melawan dolar.
Euro berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Melawan poundsterling, dolar AS masih cenderung flat, namun dengan mata uang lainnya the greenback mengalami pelemahan. Melawan yen dan franc yang sama-sama menyandang status safe haven, dolar melemah 0,03% dan 0,06%. Terhadap krona dolar juga melemah 0,04%, sementara melawan dolar Kanada naik 0,9%.
Isu pelambatan ekonomi menjadi headline utama pada hari ini, selain juga masalah politik di Eropa, namun pergerakan pasar forex masih cenderung stabil, belum ada pergerakan besar hingga memasuki perdagangan sesi AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/dru) Next Article Dolar Lemas di Asia, Tapi Jadi yang Terkuat di Eropa
Meski demikian dolar AS masih cukup stabil pada perdagangan Rabu (29/5/19), terlihat dari indeksnya yang naik tipis 0,04% ke level 97,99 pada pukul 20:05 WIB.
Melansir CNBC International, inversi yang terjadi kali ini merupakan yang terdalam sejak krisis finansial di AS. Yield obligasi tenor 3 bulan AS sebesar 2,36%, sementara tenor 10 tahun lebih rendah yakni sebesar 2,229%.
Serangkaian data ekonomi AS yang mengecewakan pada pekan lalu, dan perang dagang dengan China yang semakin memanas menjadi pemicu kecemasan akan pelambatan ekonomi AS. Beberapa bank investasi ternama juga sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Paman Sam.
Morgan Stanley memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal-II sebesar 0,6% diturunkan dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 1,0%. Begitu juga dengan JPMorgan yang menurunkan prediksi menjadi 1,0% dari sebelumnya 2,25%.
Masih stabilnya indeks dolar tidak lepas dari buruknya performa euro, kontributor terbesar dalam membentuk indeks dolar. Memanasnya tensi politik Italia dengan Uni Eropa membuat kurs euro melemah 0,09% melawan dolar.
Euro berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Melawan poundsterling, dolar AS masih cenderung flat, namun dengan mata uang lainnya the greenback mengalami pelemahan. Melawan yen dan franc yang sama-sama menyandang status safe haven, dolar melemah 0,03% dan 0,06%. Terhadap krona dolar juga melemah 0,04%, sementara melawan dolar Kanada naik 0,9%.
Isu pelambatan ekonomi menjadi headline utama pada hari ini, selain juga masalah politik di Eropa, namun pergerakan pasar forex masih cenderung stabil, belum ada pergerakan besar hingga memasuki perdagangan sesi AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/dru) Next Article Dolar Lemas di Asia, Tapi Jadi yang Terkuat di Eropa
Most Popular