Masih Terbebani Politik, Euro dan Pound Terus Tertekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 May 2019 20:44
Mata uang euro dan poundsterling terus mengalami tekanan di pekan ini, terbebani faktor politik di Eropa.
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Chris Ratcliffe)
Jakarta, CNBC Indoensia - Mata uang euro dan poundsterling terus mengalami tekanan di pekan ini, terbebani faktor politik di Eropa.

Euro saat ini berada di dekat level terendah dua tahun, sementara pound dekat level terendah empat bulan lawan dolar AS. Pada Rabu (29/5/19) pukul 19:35 WIB euro diperdagangkan di level melemah 0,1% ke level US$ 1,1151, sementara pound turun 0,05% ke level US$ 1,2646 mengutip data dari Refinitiv.



Tensi politik Italia dengan Uni Eropa yang meningkat menjadi penekan euro. Wakil Perdana Menteri, Matteo Salvini, mengatakan Uni Eropa akan mengenakan denda ke Italia sebesar 3 miliar euro melanggar aturan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB).

Salvini mengatakan akan menggunakan "semua energinya" untuk melawan aturan fiskal Eropa yang disebut sudah ketinggalan jaman dan tidak adil.

Dengan dijatuhinya denda ke Italia, tentunya akan memanaskan tensi politik di Eropa mengingat Salvini popularitasnya sedang tinggi. Partai Lega yang dipimpin Salvini berhasil memengani Pemilu Parlemen Eropa untuk wilayah Italia. 

Sementara itu dari Inggris, menguatnya kemungkinan Hard Brexit setelah Theresa May menyatakan akan resign sebagai perdana menteri pada 7 Juni nanti terus membayangi poundsterling. Apalagi nama Boris Jonhson sampai saat ini masih diunggulkan menjadi suksesor May.



Johnson merupakan tokoh anti Uni Eropa, dan merupakan salah satu pendukung Brexit saat referendum 2016, sehingga kemungkinan besar akan membawa Inggris keluar tanpa kesepakatan apapun dari Uni Eropa atau Hard Brexit.

Meski demikian ahli strategi mata uang di Nordea, Morten Lund, mengatakan probabilitas terjadinya Hard Brexit hanya 15% - 20%, yang memprediksi jika parlemen akan mengajukan mosi tidak percaya jika suksesor May nanti menginginkan Hard Brexit, melansir Reuters.

Di sisi lain, menurut Lund warga Inggris dikabarkan tidak takut menghadapi Hard Brexit, yang tercermin dari kemenangan Partai Brexit di Inggris saat Pemilu Parlemen Eropa.

Dinamika poltik tersebut memicu ketidakpastian yang tinggi, sehingga euro maupun poundsterling sulit untuk menguat bahkan cenderung melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Awal Pekan Yang Kurang Bagus Bagi Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular