
Awal Pekan Yang Kurang Bagus Bagi Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 April 2019 20:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) tertekan sepanjang perdagangan awal pelan ini (15/4/19). Pada pukul 20:03 WIB, indeks dolar melemah sekitar 0,16% ke level 96,81.
Indeks dolar merupakan instrumen yang biasa digunakan untuk mengukur kekuatan mata uang negeri Paman Sam tersebut. Pergerakan indeks ini terbentuk dari enam lawan utama dolar AS.
Euro berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar sehingga memberikan pengaruh yang signifikan. Yen dan pound masing-masing berkontribusi 13,6% dan 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Malang bagi dolar, dua mata uang yang paling berpengaruh dalam indeksnya, euro dan poundsterling, terus menguat sejak perdagangan dibuka.
Isu transaksi miliaran euro antara perusahaan Jepang dengan Jerman menjadi pemicu penguatan mata uang 19 negara ini.
Para spekulator bertindak cepat dengan membeli euro karena memperkirakan akan ada permintaan dalam jumlah besar, yang tentu saja akan membuat nilai mata uang menguat.
Isu tersebut pertama kali berhembus pada Jumat (12/4/19) lalu, yang juga diberitakan oleh Reuters, perusahaan tersebut yakni Mitsubishi UFJ Financial Group di Jepang yang berencana membeli bisnis pembiayaan aviasi dari Bank DZ Jerman, dengan nilai sebesar 5,6 miliar euro. Semenjak berita tersebut muncul, kurs euro terus bergerak naik hingga mencapai level tertinggi sejak 26 April.
Sementara itu dari Inggris, Parlemen Inggris sedang dalam masa reses selama sepekan yang dimanfaatkan pound untuk menguat.
Melihat background ekonomi Inggris yang cukup kuat, dan isu-isu terbaru mengenai proposal Brexit yang biasanya menekan pound nyaris tidak ada, mata uang negeri Ratu Elizabeth ini leluasa untuk menguat.
Dari AS, malam ini tidak ada rilis data-data ekonomi penting yang dapat menggerakkan pasar, sehingga kemungkinan besar dolar masih akan melemah hingga perdagangan berakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Saat Dolar AS Perkasa & Euro Melemah, Rupiah Gimana?
Indeks dolar merupakan instrumen yang biasa digunakan untuk mengukur kekuatan mata uang negeri Paman Sam tersebut. Pergerakan indeks ini terbentuk dari enam lawan utama dolar AS.
Euro berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar sehingga memberikan pengaruh yang signifikan. Yen dan pound masing-masing berkontribusi 13,6% dan 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Isu transaksi miliaran euro antara perusahaan Jepang dengan Jerman menjadi pemicu penguatan mata uang 19 negara ini.
Para spekulator bertindak cepat dengan membeli euro karena memperkirakan akan ada permintaan dalam jumlah besar, yang tentu saja akan membuat nilai mata uang menguat.
Isu tersebut pertama kali berhembus pada Jumat (12/4/19) lalu, yang juga diberitakan oleh Reuters, perusahaan tersebut yakni Mitsubishi UFJ Financial Group di Jepang yang berencana membeli bisnis pembiayaan aviasi dari Bank DZ Jerman, dengan nilai sebesar 5,6 miliar euro. Semenjak berita tersebut muncul, kurs euro terus bergerak naik hingga mencapai level tertinggi sejak 26 April.
Sementara itu dari Inggris, Parlemen Inggris sedang dalam masa reses selama sepekan yang dimanfaatkan pound untuk menguat.
Melihat background ekonomi Inggris yang cukup kuat, dan isu-isu terbaru mengenai proposal Brexit yang biasanya menekan pound nyaris tidak ada, mata uang negeri Ratu Elizabeth ini leluasa untuk menguat.
Dari AS, malam ini tidak ada rilis data-data ekonomi penting yang dapat menggerakkan pasar, sehingga kemungkinan besar dolar masih akan melemah hingga perdagangan berakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Saat Dolar AS Perkasa & Euro Melemah, Rupiah Gimana?
Most Popular