IHSG Melejit Kala Bursa Saham Regional Melemah, Ini Kuncinya!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 May 2019 12:54
IHSG Melejit Kala Bursa Saham Regional Melemah, Ini Kuncinya!
Foto: Ilustrasi saham (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan kenaikan 0,44%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperlebar penguatan menjadi 1,03% per akhir sesi 1 ke level 6.095,07.

IHSG melejit kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei anjlok 1,29%, indeks Shanghai turun 0,1%, indeks Hang Seng melemah 0,22%, indeks Straits Times terkoreksi 0,18%, dan indeks Kospi jeblok 1,23%.

Panasnya bara perang dagang AS-China menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pada Rabu ini (29/5/2019), CNBC International melaporkan bahwa Huawei telah mengambil langkah hukum guna mempercepat penyelesaian gugatan yang diajukannya terhadap pemerintah AS.

Sebagai informasi, pada bulan Maret Huawei mengajukan gugatan terhadap pemerintah AS lantaran menganggap bahwa hukum yang memblokir lembaga-lembaga pemerintah untuk membeli perangkat telekomunikasi dari Huawei tidaklah berlandaskan konstitusi. Hukum yang dimaksud tersebut dikenal dengan nama National Defense Authorization Act (NDAA).

Bagian 889 dari NDAA melarang lembaga-lembaga pemerintah untuk membeli perangkat telekomunikasi dari Huawei dan raksasa telekomunikasi asal China lainnya, ZTE.

Kini, Huawei mengajukan apa yang dikenal dalam istilah hukum sebagai "motion for summary judgement." Intinya, Huawei meminta kepada pengadilan agar memenangkannya dalam gugatan yang sebelumnya mereka ajukan, atas dasar bahwa sengketa dengan AS menghadirkan kejanggalan terkait hukum (NDAA dan konstitusi AS) dan tidak berlandaskan fakta.

IHSG Melejit Kala Bursa Saham Regional Melemah, Ini Kuncinya!Foto: Seorang jurnalis menggunakan microphone dengan logo Huawei. REUTERS/Jason Lee


Dengan Huawei yang terus gencar dalam mempertahankan diri dari serangan AS, kesepakatan dagang AS-China nampak akan kian sulit untuk dicapai. Apalagi, pada hari Senin (27/5/2019) Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya saat ini tidak siap untuk meneken kesepakatan dagang dengan China.

"Saya rasa mereka mungkin berharap bahwa mereka meneken kesepakatan dagang yang sudah ada di atas meja sebelum mereka mencoba untuk menegosiasikan ulang," kata Trump, dilansir dari Bloomberg.

"Mereka ingin meneken kesepakatan dagang. Saat ini, kami tidak siap untuk melakukannya." ungkap Trump.

Trump kemudian mengatakan bahwa bea masuk yang dikenakan oleh AS terhadap produk impor asal China dapat dinaikkan dengan sangat signifikan dan mudah.

Jika perang dagang menjadi semakin tereskalasi, tentu tekanan terhadap perekonomian kedua negara akan semakin besar. Beberapa hari yang lalu, laba perusahaan industri di China periode Januari-April 2019 diumumkan jatuh hingga 3,4% jika dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya.


Di AS, dalam proyeksi terbarunya tertanggal 24 Mei 2019, The Federal Reserve selaku bank sentral memperkirakan perekonomian hanya tumbuh 1,3% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized) pada kuartal II-2019, jauh melambat dibandingkan capaian pada kuartal sebelumnya yang mencapai 3,2%.

Mengingat posisi AS dan China sebagai 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tekanan terhadap perekonomian kedua negara tentu akan membawa dampak negatif bagi laju perekonomian negara-negara lain.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Ada dua hal yang menjadi faktor utama di balik kinclongnya kinerja IHSG pada hari ini. Pertama, aksi beli yang dilakukan investor asing. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 289,2 miliar di pasar reguler.

Sejatinya, kinerja rupiah tak mendukung bagi investor asing untuk masuk ke pasar saham Indonesia. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,38% di pasar spot ke level Rp 14.425/dolar AS.

Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual menjadi opsi yang paling mungkin diambil.

Tampaknya, investor asing tetap giat masuk ke pasar saham Tanah Air lantaran sudah melakukan aksi jual yang begitu besar dalam beberapa waktu terakhir.

Dalam 18 hari perdagangan terakhir (3-28 Mei), investor asing tercatat hanya sekali membukukan beli bersih yakni pada tanggal 27. Di luar itu, investor asing selalu membukukan jual bersih.

Aksi jual yang sudah terus-menerus dilakukan tentu membuka ruang bagi investor asing untuk kembali mengoleksi saham-saham di Indonesia.


Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing per akhir sesi 1 di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 116,7 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 57,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 39,1 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 27,7 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 22,8 miliar).

Faktor kedua di balik kinclongnya kinerja IHSG pada hari ini adalah pembagian dividen oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Hari ini merupakan hari terakhir bagi investor untuk mengoleksi saham UNVR jika ingin mendapatkan dividen.

Untuk setiap unit saham UNVR yang dimiliki investor per akhir hari ini, nantinya akan dibagikan dividen tunai senilai Rp 775 pada tanggal 18 Juni mendatang.

Per akhir sesi 1, harga saham UNVR melejit 1,94%, menjadikannya saham dengan kontribusi terbesar kedua bagi kenaikan IHSG.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular