
Dolar AS Tembus Rp 14.400, Rupiah Terlemah Ketiga di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 May 2019 09:21

Sementara dari sisi eksternal, dolar AS memang sedang perkasa. Pada pukul 09:11 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,03%.
Sepertinya dolar AS sedang membalas dendam karena sudah tertekan cukup lama. Meski sekarang menguat, Dollar Index masih terkoreksi 0,11% secara mingguan. Hati-hati, dolar AS masih punya ruang untuk lebih kuat lagi.
Selain itu, data ekonomi teranyar di Negeri Adidaya juga mendukung penguatan dolar AS. Pada Mei, Indeks Keyakinan Konsumen di AS versi Conference Board tercatat 134,1. Naik 4,9 poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya dan mencapai posisi tertinggi sejak November 2018.
Artinya, konsumen AS masih optimistis menatap masa depan. Konsumen masih berencana untuk meningkatkan belanja, yang bakal menjadi fondasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% dalam pembentukan PDB di Negeri Adidaya. Oleh karena itu, AS masih punya harapan ekonomi bakal tumbuh kencang seiring kuatnya konsumsi rumah tangga.
Ini membuat dolar AS punya harapan. Bisa saja The Federal Reserve/The Fed tidak jadi menurunkan suku bunga acuan tahun ini, seperti yang diprediksi pelaku pasar.
Suku bunga acuan bertahan di kisaran 2,25-2,5% sudah menjadi berkah buat dolar AS. Tidak bisa lagi mengharapkan Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk menaikkan Federal Funds Rate seperti tahun lalu yang mencapai empat kali.
Jadi berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan tetap menguntungkan. Ini juga yang membuat dolar AS kebanjiran permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sepertinya dolar AS sedang membalas dendam karena sudah tertekan cukup lama. Meski sekarang menguat, Dollar Index masih terkoreksi 0,11% secara mingguan. Hati-hati, dolar AS masih punya ruang untuk lebih kuat lagi.
Selain itu, data ekonomi teranyar di Negeri Adidaya juga mendukung penguatan dolar AS. Pada Mei, Indeks Keyakinan Konsumen di AS versi Conference Board tercatat 134,1. Naik 4,9 poin dibandingkan posisi bulan sebelumnya dan mencapai posisi tertinggi sejak November 2018.
Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% dalam pembentukan PDB di Negeri Adidaya. Oleh karena itu, AS masih punya harapan ekonomi bakal tumbuh kencang seiring kuatnya konsumsi rumah tangga.
Ini membuat dolar AS punya harapan. Bisa saja The Federal Reserve/The Fed tidak jadi menurunkan suku bunga acuan tahun ini, seperti yang diprediksi pelaku pasar.
Suku bunga acuan bertahan di kisaran 2,25-2,5% sudah menjadi berkah buat dolar AS. Tidak bisa lagi mengharapkan Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk menaikkan Federal Funds Rate seperti tahun lalu yang mencapai empat kali.
Jadi berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) akan tetap menguntungkan. Ini juga yang membuat dolar AS kebanjiran permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular