
Batal Dibeli Mandiri, Rekomendasi untuk Permata Diubah
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 May 2019 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Batalnya akuisisi oleh bank pelat merah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) atas sebagian saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) membuat peringkat bank swasta tersebut diganjar penurunan rekomendasi dan target harga (target price, TP) oleh pelaku pasar saham.
Analis PT RHB Sekuritas Indonesia Alvin Baramuli dan Henry Wibowo dalam risetnya kemarin (28/5/19) menilai rencana penjualan saham Bank Permata oleh Standard Chartered (Stanchart) tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Saham Bank Permata milik Stanchart tersebut adalah porsi yang diincar BMRI.
"Kami meyakini dalam jangka pendek, merger dan akuisisi (M&A) yang cukup besar itu (lebih dari Rp 10 triliun) tidak terjadi dalam waktu dekat karena kondisi makroekonomi di mana pertumbuhan GDP masih tetap rendah (sekitar 5%)," ujar Alvin dalam riset tersebut.
Dia menambahkan bahwa kondisi makro ekonomi domestik tersebut turut mencegah potensi aksi korporasi karena perusahaan-perusahaan menjadi lebih menghindari risiko (risk-averse).
Kondisi tersebut juga ditambah faktor industri perbankan yang sedang memburuk, ditandai dengan turunnya margin bunga bersih (net interest margin, NIM) di bawah 5% sejak tahun lalu dan menciptakan kondisi penurunan kualitas kredit sedangkan beban pinjaman masih tetap tinggi.
Karena makroekonomi dan industri keuangan yang melemah tersebut, maka valuasi perbankan domestik juga turun.
Di kelas empat bank terbesar, Alvin menghitung valuasi harga per nilai buku (price to book value, PBV)-nya sekitar 1,4 kali-2,2 kali dan bank menengah-kecil sekitar 0,6 kali-1 kali.
"Karena itu, kami melihat sisi penjual akan lebih memilih untuk menunggu hingga kondisi industri mulai membaik dan valuasinya naik."
Kedua analis juga menilai aksi M&A masih dapat terjadi dalam jangka panjang dengan potensi pembeli dari luar negeri yang mengincar profitabilitas yang tinggi, seperti Korsel dan Eropa.
Karena batalnya aksi korporasi tersebut, valuasi premium yang berasal dari potensi M&A segera memudar dan membuat RHB Sekuritas menurunkan rekomendasi Bank Permata menjadi Neutral dengan TP Rp 720 (dari sebelumnya Buy, TP Rp 1.400).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article StanChart Bakal Lepas 45% Saham Bank Permata
Analis PT RHB Sekuritas Indonesia Alvin Baramuli dan Henry Wibowo dalam risetnya kemarin (28/5/19) menilai rencana penjualan saham Bank Permata oleh Standard Chartered (Stanchart) tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Saham Bank Permata milik Stanchart tersebut adalah porsi yang diincar BMRI.
Dia menambahkan bahwa kondisi makro ekonomi domestik tersebut turut mencegah potensi aksi korporasi karena perusahaan-perusahaan menjadi lebih menghindari risiko (risk-averse).
Kondisi tersebut juga ditambah faktor industri perbankan yang sedang memburuk, ditandai dengan turunnya margin bunga bersih (net interest margin, NIM) di bawah 5% sejak tahun lalu dan menciptakan kondisi penurunan kualitas kredit sedangkan beban pinjaman masih tetap tinggi.
Karena makroekonomi dan industri keuangan yang melemah tersebut, maka valuasi perbankan domestik juga turun.
Di kelas empat bank terbesar, Alvin menghitung valuasi harga per nilai buku (price to book value, PBV)-nya sekitar 1,4 kali-2,2 kali dan bank menengah-kecil sekitar 0,6 kali-1 kali.
"Karena itu, kami melihat sisi penjual akan lebih memilih untuk menunggu hingga kondisi industri mulai membaik dan valuasinya naik."
Kedua analis juga menilai aksi M&A masih dapat terjadi dalam jangka panjang dengan potensi pembeli dari luar negeri yang mengincar profitabilitas yang tinggi, seperti Korsel dan Eropa.
Karena batalnya aksi korporasi tersebut, valuasi premium yang berasal dari potensi M&A segera memudar dan membuat RHB Sekuritas menurunkan rekomendasi Bank Permata menjadi Neutral dengan TP Rp 720 (dari sebelumnya Buy, TP Rp 1.400).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article StanChart Bakal Lepas 45% Saham Bank Permata
Most Popular