Hati-hati, Rupiah Dekati Zona Merah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 May 2019 11:27
Data China Jadi Perkara
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Faktor kedua adalah rilis data terbaru di China. Pada April 2019, keuntungan perusahaan manufaktur di Negeri Tirai Bambu turun 3,7% dibandingkan posisi yang tahun sebelumnya. Pada Maret, perusahaan manufaktur di China masih membukukan kenaikan laba 13,9% year-on-year (YoY). 

Sementara pada Januari-April, keuntungan minus 3,4% YoY. Lebih dalam ketimbang posisi Januari-Maret yaitu minus 3,3% YoY. 

Sepetinya aura perlambatan ekonomi di Negeri Panda semakin terlihat. Meski pemerintah dan bank sentral berkomitmen menjaga laju pertumbuhan ekonomi, perlambatan tidak bisa terhindarkan. 


Untuk 2019, pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 6-6,5%. Melambat dibandingkan 2018 yaitu 6,6%. Padahal pertumbuhan 6,6% sudah merupakan yang terlemah sejak 1990. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua di dunia. Apalagi China merupakan mitra dagang utama dan investor sektor riil yang signifikan di Indonesia. 

Pada Januari-April 2019, nilai ekspor non-migas Indonesia ke China mencapai US$ 7,27 miliar, atau hampir 15% dari total ekspor non-migas. China menduduki peringkat teratas. 

Kemudian pada kuartal I-2019, investasi asing (Foreign Direct Invesment/FDI) dari China bernilai US$ 1,2 miliar. China berada di posisi kedua setelah Singapura. 

Jika ekonomi China melambat, maka Indonesia akan merasakan dampak yang signifikan. Ekspor dan investasi tentu akan melambat, yang menahan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 

Dibayangi risiko tersebut, investor mulai mundur teratur. Rupiah mengalami tekanan jual sehingga penguatannya berkurang lumayan tajam.

Hati-hati, rupiah!

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular