Hati-hati, Rupiah Dekati Zona Merah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 May 2019 11:27
Hati-hati, Rupiah Dekati Zona Merah!
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih menguat. Namun hati-hati, apresiasi rupiah semakin tipis. 

Pada Senin (27/5/2019) pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.380. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Padahal penguatan rupiah sempat begitu meyakinkan, nyaris menyentuh 0,3%. Namun perlahan mata uang Tanah Air mengendur, tinggal tersisa 0,03%. Sangat rentan, rupiah bisa sewaktu-waktu terpeleset ke zona merah. 


Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan rupiah rawan tergelincir. Pertama, rupiah terus menguat dalam dua hari perdagangan terakhir. Tidak tanggung-tanggung, penguatan rupiah dalam dua hari tersebut mencapai 0,93%. Hampir 1%. 

 

Dalam dua hari tersebut, rupiah bahkan menjadi mata uang terbaik di Asia. Jadi tidak heran posisi rupiah rawan digoyang. Penguatan yang sudah lumayan tajam menggoda investor untuk mencairkan keuntungan. 


Hari ini, rupiah juga sempat mempertahankan takhta sebagai raja Asia. Akan tetapi status itu kini terlepas, dikudeta oleh baht Thailand.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 11:08 WIB:
 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor kedua adalah rilis data terbaru di China. Pada April 2019, keuntungan perusahaan manufaktur di Negeri Tirai Bambu turun 3,7% dibandingkan posisi yang tahun sebelumnya. Pada Maret, perusahaan manufaktur di China masih membukukan kenaikan laba 13,9% year-on-year (YoY). 

Sementara pada Januari-April, keuntungan minus 3,4% YoY. Lebih dalam ketimbang posisi Januari-Maret yaitu minus 3,3% YoY. 

Sepetinya aura perlambatan ekonomi di Negeri Panda semakin terlihat. Meski pemerintah dan bank sentral berkomitmen menjaga laju pertumbuhan ekonomi, perlambatan tidak bisa terhindarkan. 


Untuk 2019, pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 6-6,5%. Melambat dibandingkan 2018 yaitu 6,6%. Padahal pertumbuhan 6,6% sudah merupakan yang terlemah sejak 1990. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua di dunia. Apalagi China merupakan mitra dagang utama dan investor sektor riil yang signifikan di Indonesia. 

Pada Januari-April 2019, nilai ekspor non-migas Indonesia ke China mencapai US$ 7,27 miliar, atau hampir 15% dari total ekspor non-migas. China menduduki peringkat teratas. 

Kemudian pada kuartal I-2019, investasi asing (Foreign Direct Invesment/FDI) dari China bernilai US$ 1,2 miliar. China berada di posisi kedua setelah Singapura. 

Jika ekonomi China melambat, maka Indonesia akan merasakan dampak yang signifikan. Ekspor dan investasi tentu akan melambat, yang menahan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 

Dibayangi risiko tersebut, investor mulai mundur teratur. Rupiah mengalami tekanan jual sehingga penguatannya berkurang lumayan tajam.

Hati-hati, rupiah!


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular