
Dari Melemah, Rupiah Bangkit dan Jadi Runner-up Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 May 2019 14:30

Bukan cuma di Asia, dolar AS memang sedang melemah secara global. Pada pukul 14:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,12%.
Dolar AS sepertinya tengah memasuki fase konsolidasi. Sejak awal tahun, Dollar Index sudah menguat 1,63%. Bahkan kalau ditarik lebih jauh, indeks ini melesat 4,26% secara year-on-year (YoY).
Selain itu, investor juga sepertinya mengendus peluang penurunan suku bunga acuan yang semakin tinggi. Dalam rapat terakhir, The Federal Reserve/The Fed memang masih menahan suku bunga acuan di kisaran 2,25-2,5% dan menyatakan bakal bersabar sebelum menentukan langkah selanjutnya.
Akan tetapi, data-data ekonomi AS yang kurang memuaskan membuat prospek perekonomian Negeri Paman Sam lebih suram. Teranyar, perkiraan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS edisi Mei versi IHS Markit berada di 50,6, turun lumayan jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009.
"Pertumbuhan aktivitas bisnis melambat signifikan pada Maret karena perang dagang dan meningkatnya ketidakpastian. Situasi yang lebih buruk sangat mungkin terjadi ke depan, memaksa dunia usaha untuk mengencangkan ikat pinggang. Perang dagang menjadi perhatian utama dunia usaha," tegas Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, dikutip dari keterangan tertulis.
Ini bisa memancing The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk merangsang laju perekonomian. Oleh karena itu, mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate pada akhir 2019 berada di 2-2,25% atau turun 25 basis poin dari saat ini adalah 41,1%. Lebih tinggi ketimbang tetap di 2,25-2,5% yaitu 21,3%.
Penurunan suku bunga acuan akan membuat investasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi kurang menarik. Oleh karena itu, investor pun mulai melepas mata uang ini sehingga nilainya melemah secara global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dolar AS sepertinya tengah memasuki fase konsolidasi. Sejak awal tahun, Dollar Index sudah menguat 1,63%. Bahkan kalau ditarik lebih jauh, indeks ini melesat 4,26% secara year-on-year (YoY).
Akan tetapi, data-data ekonomi AS yang kurang memuaskan membuat prospek perekonomian Negeri Paman Sam lebih suram. Teranyar, perkiraan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS edisi Mei versi IHS Markit berada di 50,6, turun lumayan jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009.
"Pertumbuhan aktivitas bisnis melambat signifikan pada Maret karena perang dagang dan meningkatnya ketidakpastian. Situasi yang lebih buruk sangat mungkin terjadi ke depan, memaksa dunia usaha untuk mengencangkan ikat pinggang. Perang dagang menjadi perhatian utama dunia usaha," tegas Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, dikutip dari keterangan tertulis.
Ini bisa memancing The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk merangsang laju perekonomian. Oleh karena itu, mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate pada akhir 2019 berada di 2-2,25% atau turun 25 basis poin dari saat ini adalah 41,1%. Lebih tinggi ketimbang tetap di 2,25-2,5% yaitu 21,3%.
Penurunan suku bunga acuan akan membuat investasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi kurang menarik. Oleh karena itu, investor pun mulai melepas mata uang ini sehingga nilainya melemah secara global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular