Dari Melemah, Rupiah Bangkit dan Jadi Runner-up Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 May 2019 14:30
Dari Melemah, Rupiah Bangkit dan Jadi <i>Runner-up</i> Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepertinya mulai mantap menapaki zona hijau. Bahkan rupiah menjadi yang terbaik di Asia. 

Pada Jumat (23/5/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.425. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Gerak rupiah hari ini penuh kegalauan. Menguat, melemah, stagnan, semua pernah dijalani sejak pagi tadi.

 
Namun penguatan 0,21% sepertinya sudah cukup mapan. Kalau tidak ada aral melintang, rasanya rupiah bisa kembali finis di jalur hijau seperti kemarin.

Tidak sekadar menguat, rupiah bahkan menjadi salah mata uang terbaik di Asia. Seluruh mata uang utama Benua Kuning memang menguat terhadap dolar AS, tetapi penguatan rupiah jadi yang terbaik kedua setelah peso Filipina.


Demikian perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:09 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Bukan cuma di Asia, dolar AS memang sedang melemah secara global. Pada pukul 14:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,12%. 

Dolar AS sepertinya tengah memasuki fase konsolidasi. Sejak awal tahun, Dollar Index sudah menguat 1,63%. Bahkan kalau ditarik lebih jauh, indeks ini melesat 4,26% secara year-on-year (YoY). 

 

Selain itu, investor juga sepertinya mengendus peluang penurunan suku bunga acuan yang semakin tinggi. Dalam rapat terakhir, The Federal Reserve/The Fed memang masih menahan suku bunga acuan di kisaran 2,25-2,5% dan menyatakan bakal bersabar sebelum menentukan langkah selanjutnya. 


Akan tetapi, data-data ekonomi AS yang kurang memuaskan membuat prospek perekonomian Negeri Paman Sam lebih suram. Teranyar, perkiraan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS edisi Mei versi IHS Markit berada di 50,6, turun lumayan jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009. 

"Pertumbuhan aktivitas bisnis melambat signifikan pada Maret karena perang dagang dan meningkatnya ketidakpastian. Situasi yang lebih buruk sangat mungkin terjadi ke depan, memaksa dunia usaha untuk mengencangkan ikat pinggang. Perang dagang menjadi perhatian utama dunia usaha," tegas Chris Williamson, Chief Business Economist IHS Markit, dikutip dari keterangan tertulis. 


Ini bisa memancing The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk merangsang laju perekonomian. Oleh karena itu, mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate pada akhir 2019 berada di 2-2,25% atau turun 25 basis poin dari saat ini adalah 41,1%. Lebih tinggi ketimbang tetap di 2,25-2,5% yaitu 21,3%. 

Penurunan suku bunga acuan akan membuat investasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi kurang menarik. Oleh karena itu, investor pun mulai melepas mata uang ini sehingga nilainya melemah secara global.   


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular