
Rupiah Masih Bertenaga, Kini Runner-up Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 May 2019 08:32

Dolar AS mundur teratur akibat rilis data ekonomi teranyar. Perkiraan angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS edisi Mei versi IHS Markit berada di 50,6, turun lumayan jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009.
Kemudian investor juga mulai khawatir terhadap dampak perang dagang AS-China terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. Misalnya di industri telekomunikasi, ada ancaman perlambatan pertumbuhan akibat sikap AS yang memasukkan Huawei (raksasa telekomunikasi asal China) ke daftar hitam.
Kebijakan ini membuat perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS tidak bisa lagi membeli produk Huawei. Padahal Huawei adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia. Jika pasokan dari Huawei terhambat, maka industri telekomunikasi dunia akan terpengaruh, tidak terkecuali di AS.
Lalu di sektor pertanian, tensi yang meninggi dengan China membuat AS terpaksa menggelontorkan paket kebijakan senilai US$ 16 miliar untuk menopang sektor pertanian. Pemerintah akan menyerap hasil panen petani, karena sepertinya China agak sulit diharapkan sebagai pembeli.
China adalah pembeli terbesar produk pertanian AS, terutama kedelai. Jika China murka dan berniat membalas perlakuan AS, maka kedelai adalah sasaran paling empuk. Kurangi pembelian dari AS, pasti dampaknya signifikan.
Ternyata perang dagang yang dikorbankan AS sebagai alat negosiasi kesepakatan dagang malah menjadi senjata makan tuan. Niatnya 'menginjak' kaki China, tetapi malah terinjak kaki sendiri.
Awan mendung yang menggelayuti prospek perekonomian Negeri Adidaya membuat investor mundur untuk sementara. Dolar AS terkena tekanan jual sehingga nilainya melemah, termasuk di hadapan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kemudian investor juga mulai khawatir terhadap dampak perang dagang AS-China terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. Misalnya di industri telekomunikasi, ada ancaman perlambatan pertumbuhan akibat sikap AS yang memasukkan Huawei (raksasa telekomunikasi asal China) ke daftar hitam.
Lalu di sektor pertanian, tensi yang meninggi dengan China membuat AS terpaksa menggelontorkan paket kebijakan senilai US$ 16 miliar untuk menopang sektor pertanian. Pemerintah akan menyerap hasil panen petani, karena sepertinya China agak sulit diharapkan sebagai pembeli.
China adalah pembeli terbesar produk pertanian AS, terutama kedelai. Jika China murka dan berniat membalas perlakuan AS, maka kedelai adalah sasaran paling empuk. Kurangi pembelian dari AS, pasti dampaknya signifikan.
Ternyata perang dagang yang dikorbankan AS sebagai alat negosiasi kesepakatan dagang malah menjadi senjata makan tuan. Niatnya 'menginjak' kaki China, tetapi malah terinjak kaki sendiri.
Awan mendung yang menggelayuti prospek perekonomian Negeri Adidaya membuat investor mundur untuk sementara. Dolar AS terkena tekanan jual sehingga nilainya melemah, termasuk di hadapan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular