
Sudah Tak Ada Demo Lagi, Rupiah Kini Terbaik Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 May 2019 12:08

Berakhirnya gelombang demonstrasi membuat rupiah berhasil mengarungi gelombang penguatan dolar AS yang melanda Asia. Sejatinya dolar AS sedang menjadi primadona pasar karena perkembangan perang dagang AS-China.
AS berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini paling cepat berlaku sebulan lagi.
"Untuk sementara belum ada kebijakan baru. Paling tidak sampai 30-45 hari ke depan," tutur Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dikutip dari Reuters.
Jika AS benar-benar menerapkan bea masuk baru, maka kemungkinan besar China akan membalas. Api perang dagang bakal semakin besar dan membakar perekonomian dunia.
Perang dagang juga sudah merabat ke level korporasi. Pekan lalu, AS memasukkan Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) ke daftar hitam meski kemudian diberi kelonggaran hingga Agustus.
Mengutip Reuters, AS mulai mengajak negara-negara lain untuk ikut mengucilkan Huawei. Seorang sumber di Kementerian Perdagangan AS mengungkapkan, Washington mengajak Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk-produk Huawei.
Harian Chosun Ilbo memberitakan, pemerintah AS beberapa kali mengirim kawat diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk Huawei. Sebab, barang itu berpotensi membahayakan keamanan.
"AS menggarisbawahi pentingnya faktor keamanan dalam perangkat 5G. Kami menyadari penuh posisi AS tersebut," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Hawa perang dagang AS-China yang memanas membuat risk appetite investor pudar. Bermain aman menjadi pilihan utama sehingga dolar AS kebanjiran permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
AS berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini paling cepat berlaku sebulan lagi.
"Untuk sementara belum ada kebijakan baru. Paling tidak sampai 30-45 hari ke depan," tutur Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dikutip dari Reuters.
Perang dagang juga sudah merabat ke level korporasi. Pekan lalu, AS memasukkan Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) ke daftar hitam meski kemudian diberi kelonggaran hingga Agustus.
Mengutip Reuters, AS mulai mengajak negara-negara lain untuk ikut mengucilkan Huawei. Seorang sumber di Kementerian Perdagangan AS mengungkapkan, Washington mengajak Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk-produk Huawei.
Harian Chosun Ilbo memberitakan, pemerintah AS beberapa kali mengirim kawat diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk Huawei. Sebab, barang itu berpotensi membahayakan keamanan.
"AS menggarisbawahi pentingnya faktor keamanan dalam perangkat 5G. Kami menyadari penuh posisi AS tersebut," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Hawa perang dagang AS-China yang memanas membuat risk appetite investor pudar. Bermain aman menjadi pilihan utama sehingga dolar AS kebanjiran permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular