
Sudah Tak Ada Demo Lagi, Rupiah Kini Terbaik Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 May 2019 12:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah luar biasa. Mata uang Tanah Air berhasil bangkit setelah tertekan sejak awal pekan. Situasi keamanan yang kondusif sepertinya benar-benar meringankan beban rupiah.
Pada Kamis (23/5/2019) pukul 12:00 WIB, US$ dibanderol Rp 14.485. Rupiah menguat 0,24% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,1%. Seiring perjalanan, rupiah semakin kuat.
Apresiasi rupiah terjadi kala mayoritas mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. Selain rupiah, cuma rupee India, dolar Hong Kong, dan yen Jepang yang menguat.
Tidak cuma menguat, rupiah pun menjadi mata uang terkuat di Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang yang sebaik rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:07 WIB:
Sebelumnya, rupiah melemah selama tiga hari beruntun. Sejak awal pekan sampai kemarin, rupiah melemah 0,48%.
Beban rupiah berasal dari faktor domestik. Pada 21 Mei, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemimpin Indonesia untuk 2019-2024.
Keputusan itu ditolak oleh pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Selepas keputusan KPU, gelombang demonstrasi melanda ibu kota. Bahkan aksi tersebut berujung ricuh di sejumlah titik seperti gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Tanah Abang, dan Petamburan.
Gangguan keamanan ini membuat investor, terutama asing, tentu merasa tidak nyaman. Arus modal keluar membuat pasar keuangan Indonesia tertekan sehingga rupiah melemah.
Namun hari ini situasi sudah kondusif. Tidak ada lagi aksi demonstrasi yang bisa menyebabkan keributan. Sudah adem ayem. Arus modal pun kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sampai 1,55%. IHSG menjadi indeks saham terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari Sensex (India) yang melonjak hampir 2%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Berakhirnya gelombang demonstrasi membuat rupiah berhasil mengarungi gelombang penguatan dolar AS yang melanda Asia. Sejatinya dolar AS sedang menjadi primadona pasar karena perkembangan perang dagang AS-China.
AS berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini paling cepat berlaku sebulan lagi.
"Untuk sementara belum ada kebijakan baru. Paling tidak sampai 30-45 hari ke depan," tutur Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dikutip dari Reuters.
Jika AS benar-benar menerapkan bea masuk baru, maka kemungkinan besar China akan membalas. Api perang dagang bakal semakin besar dan membakar perekonomian dunia.
Perang dagang juga sudah merabat ke level korporasi. Pekan lalu, AS memasukkan Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) ke daftar hitam meski kemudian diberi kelonggaran hingga Agustus.
Mengutip Reuters, AS mulai mengajak negara-negara lain untuk ikut mengucilkan Huawei. Seorang sumber di Kementerian Perdagangan AS mengungkapkan, Washington mengajak Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk-produk Huawei.
Harian Chosun Ilbo memberitakan, pemerintah AS beberapa kali mengirim kawat diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk Huawei. Sebab, barang itu berpotensi membahayakan keamanan.
"AS menggarisbawahi pentingnya faktor keamanan dalam perangkat 5G. Kami menyadari penuh posisi AS tersebut," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Hawa perang dagang AS-China yang memanas membuat risk appetite investor pudar. Bermain aman menjadi pilihan utama sehingga dolar AS kebanjiran permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (23/5/2019) pukul 12:00 WIB, US$ dibanderol Rp 14.485. Rupiah menguat 0,24% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,1%. Seiring perjalanan, rupiah semakin kuat.
Apresiasi rupiah terjadi kala mayoritas mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. Selain rupiah, cuma rupee India, dolar Hong Kong, dan yen Jepang yang menguat.
Tidak cuma menguat, rupiah pun menjadi mata uang terkuat di Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang yang sebaik rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:07 WIB:
Sebelumnya, rupiah melemah selama tiga hari beruntun. Sejak awal pekan sampai kemarin, rupiah melemah 0,48%.
Beban rupiah berasal dari faktor domestik. Pada 21 Mei, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemimpin Indonesia untuk 2019-2024.
Keputusan itu ditolak oleh pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Selepas keputusan KPU, gelombang demonstrasi melanda ibu kota. Bahkan aksi tersebut berujung ricuh di sejumlah titik seperti gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Tanah Abang, dan Petamburan.
Gangguan keamanan ini membuat investor, terutama asing, tentu merasa tidak nyaman. Arus modal keluar membuat pasar keuangan Indonesia tertekan sehingga rupiah melemah.
Namun hari ini situasi sudah kondusif. Tidak ada lagi aksi demonstrasi yang bisa menyebabkan keributan. Sudah adem ayem. Arus modal pun kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sampai 1,55%. IHSG menjadi indeks saham terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari Sensex (India) yang melonjak hampir 2%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Berakhirnya gelombang demonstrasi membuat rupiah berhasil mengarungi gelombang penguatan dolar AS yang melanda Asia. Sejatinya dolar AS sedang menjadi primadona pasar karena perkembangan perang dagang AS-China.
AS berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini paling cepat berlaku sebulan lagi.
"Untuk sementara belum ada kebijakan baru. Paling tidak sampai 30-45 hari ke depan," tutur Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dikutip dari Reuters.
Jika AS benar-benar menerapkan bea masuk baru, maka kemungkinan besar China akan membalas. Api perang dagang bakal semakin besar dan membakar perekonomian dunia.
Perang dagang juga sudah merabat ke level korporasi. Pekan lalu, AS memasukkan Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) ke daftar hitam meski kemudian diberi kelonggaran hingga Agustus.
Mengutip Reuters, AS mulai mengajak negara-negara lain untuk ikut mengucilkan Huawei. Seorang sumber di Kementerian Perdagangan AS mengungkapkan, Washington mengajak Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk-produk Huawei.
Harian Chosun Ilbo memberitakan, pemerintah AS beberapa kali mengirim kawat diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk Huawei. Sebab, barang itu berpotensi membahayakan keamanan.
"AS menggarisbawahi pentingnya faktor keamanan dalam perangkat 5G. Kami menyadari penuh posisi AS tersebut," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Hawa perang dagang AS-China yang memanas membuat risk appetite investor pudar. Bermain aman menjadi pilihan utama sehingga dolar AS kebanjiran permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular