Ketidakpastian Meningkat, Dana Asing Keluar Rp 13,7 T

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
23 May 2019 11:41
Meningkatnya tekanan aksi jual lantaran adanya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan menyatakan sejak awal bulan hingga 17 Mei 2019, aliran modal asing keluar dari Indonesia sebesar Rp 13,73 triliun baik di pasar saham maupun Surat Berharga Negara. Meningkatnya tekanan aksi jual lantaran adanya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Secara rinci, OJK menyebutkan, secara month to date, investor asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp 7,83 triliun mtd hingga 17 Mei 2019, yang mempengaruhi penurunan IHSG sebesar 9,7% mtd. Sedangkan di pasar SBN, investor asing mencatatkan net sell Rp 5,9 triliun yang menyebabkan imbal hasil (yield) SBN meningkat sebesar 24,2 bps mtd.

Kendati aliran modal asing keluar, Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, sepanjang Mei 2019i stabilitas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga dengan kinerja intermediasi sektor jasa keuangan yang positif dan profil risiko lembaga jasa keuangan yang terkelola.

Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis Anto Prabowo mengatakan, pada triwulan pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi berada di atas ekspektasi memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan pada April 2019.

Namun, meningkatnya eskalasi perang dagang antara AS dan China menyebabkan naiknya tekanan di pasar keuangan sejak awal Mei 2019.

"Kondisi ini mengakibatkan risk-off investor di pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia," ujar Anto dalam keterangan pers, Rabu (22/5/2019).

Sementara itu, rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan I-2019 dan kinerja eksternal Indonesia di awal Mei 2019 belum memberikan sentimen positif terhadap pasar keuangan domestik.

Namun demikian, OJK menyebutkan, pelaku pasar asing tetap mencatatkan beli bersih (nett buy) Rp 65,24 triliun di seluruh pasar sejak Januari hingga April.

Pada periode yang sama, IHSG tercatat menguat sebesar 4,21%. Penguatan juga terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN), tercermin dari net buy di pasar SBN oleh investor nonresiden sebesar Rp67,1 triliun ytm dan turunnya rata-rata yield SBN sebesar 26,54 bps ytm.

Intermediasi
Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan masih positif di bulan April 2019 lanjut Anto tetap tumbuh positif. Kredit perbankan tumbuh sebesar 11,05% yoy, didorong oleh pertumbuhan kredit investasi yang mencapai level tertingginya dalam tiga tahun terakhir.

Sementara itu, pertumbuhan piutang pembiayaan stabil pada level 4,52% yoy, di tengah masih moderatnya pertumbuhan piutang pembiayaan multiguna.

Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,63% yoy, didorong oleh pertumbuhan deposito sebesar 7,21% yoy.

Sementara itu, sepanjang Januari-April 2019, asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi berhasil menghimpun premi masing-masing sebesar Rp58,8 triliun dan Rp34,2triliun.

Sejak Januari hingga 17 Mei 2019, emiten berhasil menghimpun dana melalui pasar modal sebesar Rp 38,04 triliun, dengan jumlah emiten baru sebanyak 9 perusahaan.

OJK menyebutkan, lembaga jasa keuangan sampai April juga mampu menjaga profil risiko pada level yang terkelola. Risiko kredit perbankan berada pada level yang rendah, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan sebesar 2,57%. Sementara, rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan stabil pada level 2,76%.

Risiko nilai tukar perbankan berada pada level memadai dengan rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 2,04%, di bawah ambang batas ketentuan.

Likuiditas dan permodalan perbankan juga berada pada level yang memadai. Liquidity coverage ratio dan rasio alat likuid/non-core deposit masing-masing sebesar 197,56% dan 96,51%, di atas ambang batas ketentuan.

Kondisi ini juga didukung dengan jumlah total aset likuid perbankan yang mencapai sebesar Rp1.266 triliun di April 2019.

Permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang tinggi. Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan sebesar 23,47%. Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 310% dan 437%.
(hps/hps) Next Article Aliran Modal Asing Masih Ramai Serbu RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular