
Diperparah Demo, Genap 14 Hari Asing Keluar dari Indonesia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 May 2019 14:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa waktu terakhir, investor asing terlihat begitu konsisten dalam bertransaksi di pasar saham Indonesia. Dalam 14 hari perdagangan terakhir (sejak 3 Mei 2019), investor asing selalu melakukan aksi jual.
Pada perdagangan hari ini (hingga pukul 14:00 WIB), investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 24,7 miliar di pasar reguler, melansir data dari RTI. Jika ditotal, dalam 14 hari tersebut, total jual bersih investor asing di pasar reguler mencapai Rp 9,88 triliun.
Wajar jika investor asing tak juga berhenti melego saham-saham di Indonesia. Pasalnya, kinerja rupiah dalam beberapa waktu terakhir memang memprihatinkan. Terhitung dalam periode 3 Mei hingga hari ini, rupiah sudah melemah 1,9% di pasar spot, dari Rp 14.245/dolar AS menjadi Rp 14.515/dolar AS.
Pelemahan rupiah yang signifikan membuat investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga mau tak mau aksi jual dilakukan di pasar saham.
Maklum saja jika rupiah terus melemah. Pasalnya, ada awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD). Belum lama ini, CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Pada kuartal-II 2019, nampaknya CAD masih akan dalam. Pasalnya, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar pada April 2019. Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada April 2019 merupakan yang terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.
Kalau neraca dagang (yang merupakan komponen dari transaksi berjalan) saja sudah membukukan defisit yang begitu dalam, tentu CAD akan sulit diredam. Ada kemungkinan, CAD untuk keseluruhan tahun 2019 akan lebih dalam dibandingkan CAD untuk keseluruhan tahun 2018 yang sebesar 2,98% dari PDB.
Hal ini bahkan nampak sudah diamini oleh Bank Indonesia (BI). Belum lama ini, bank sentral merevisi proyeksinya atas CAD periode 2019. Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan 2019 juga diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5-3,0% PDB, meskipun tidak serendah prakiraan semula," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (16/5/2019). Selain itu, kericuhan yang mewarnai jalannya demo 22 Mei ikut membuat investor asing cemas dan melego saham-saham di Indonesia. Sejak dini hari ini, massa menggelar demo di berbagai titik di Jakarta yang berujung menjadi kericuhan. Salah satu lokasi yang menjadi titik kericuhan adalah Tanah Abang.
Demo ini berkaitan dengan penolakan sejumlah kelompok masyarakat terhadap hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) yang memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa terdapat 200 orang luka-luka karena kericuhan demo semalam. Anies bahkan menyebut 6 orang yang tewas akibat peristiwa tersebut.
"Ini per jam 09.00 WIB. Jadi ada sekitar 200-an orang luka-luka," ujar Anies di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).
Hingga berita ini diturunkan, pejabat pemerintah seperti Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dan Kepala Kepolisian Tito Karnavian sedang menggelar konferensi pers untuk menyampaikan perkembangan terkait dengan demo yang berlangsung ricuh tersebut.
Seperti yang diketahui, pada Selasa dini hari (21/5/2019) Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai peraih suara terbanyak dalam pilpres tahun 2019. Pengumuman itu disampaikan KPU dalam rapat pleno di gedung KPU, Jakarta.
"Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin 85.607.362 suara. Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 68.650.239 suara," ujar Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (21/5/2019), dilansir dari detik.com.
Pengumuman ini lebih cepat dari yang diantisipasikan pelaku pasar yakni hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Asing Kabur, IHSG Memerah Meski Bursa Regional Hijau
Pada perdagangan hari ini (hingga pukul 14:00 WIB), investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 24,7 miliar di pasar reguler, melansir data dari RTI. Jika ditotal, dalam 14 hari tersebut, total jual bersih investor asing di pasar reguler mencapai Rp 9,88 triliun.
Wajar jika investor asing tak juga berhenti melego saham-saham di Indonesia. Pasalnya, kinerja rupiah dalam beberapa waktu terakhir memang memprihatinkan. Terhitung dalam periode 3 Mei hingga hari ini, rupiah sudah melemah 1,9% di pasar spot, dari Rp 14.245/dolar AS menjadi Rp 14.515/dolar AS.
Maklum saja jika rupiah terus melemah. Pasalnya, ada awan hitam yang menyelimuti bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD). Belum lama ini, CAD periode kuartal-I 2019 diumumkan senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Pada kuartal-II 2019, nampaknya CAD masih akan dalam. Pasalnya, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar pada April 2019. Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada April 2019 merupakan yang terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.
Kalau neraca dagang (yang merupakan komponen dari transaksi berjalan) saja sudah membukukan defisit yang begitu dalam, tentu CAD akan sulit diredam. Ada kemungkinan, CAD untuk keseluruhan tahun 2019 akan lebih dalam dibandingkan CAD untuk keseluruhan tahun 2018 yang sebesar 2,98% dari PDB.
Hal ini bahkan nampak sudah diamini oleh Bank Indonesia (BI). Belum lama ini, bank sentral merevisi proyeksinya atas CAD periode 2019. Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan 2019 juga diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5-3,0% PDB, meskipun tidak serendah prakiraan semula," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (16/5/2019). Selain itu, kericuhan yang mewarnai jalannya demo 22 Mei ikut membuat investor asing cemas dan melego saham-saham di Indonesia. Sejak dini hari ini, massa menggelar demo di berbagai titik di Jakarta yang berujung menjadi kericuhan. Salah satu lokasi yang menjadi titik kericuhan adalah Tanah Abang.
Demo ini berkaitan dengan penolakan sejumlah kelompok masyarakat terhadap hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) yang memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa terdapat 200 orang luka-luka karena kericuhan demo semalam. Anies bahkan menyebut 6 orang yang tewas akibat peristiwa tersebut.
"Ini per jam 09.00 WIB. Jadi ada sekitar 200-an orang luka-luka," ujar Anies di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).
Hingga berita ini diturunkan, pejabat pemerintah seperti Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dan Kepala Kepolisian Tito Karnavian sedang menggelar konferensi pers untuk menyampaikan perkembangan terkait dengan demo yang berlangsung ricuh tersebut.
Seperti yang diketahui, pada Selasa dini hari (21/5/2019) Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai peraih suara terbanyak dalam pilpres tahun 2019. Pengumuman itu disampaikan KPU dalam rapat pleno di gedung KPU, Jakarta.
"Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin 85.607.362 suara. Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 68.650.239 suara," ujar Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (21/5/2019), dilansir dari detik.com.
Pengumuman ini lebih cepat dari yang diantisipasikan pelaku pasar yakni hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Asing Kabur, IHSG Memerah Meski Bursa Regional Hijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular