
Ini Penjelasan Garuda Jika Mahata Tak Bayar Pemasangan WiFi
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
22 May 2019 11:39

Jakarta, CNBC Indonesia -Â PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali angkat suara atas permintaan penjelasan tambahan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait kejanggalan laporan keuangan tahun 2018.
Seperti diketahui, laporan keuangan GIAA tahun 2018 telah ditolak oleh dua komisaris karena adanya perbedaan pendapat mengenai pencatatan transaksi akuntansi atas perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT/Mahata).
BEI menanyakan kepada manajemen GIAA, andai terjadi wanprestasi, maka harta kekayaan MAT akan menjadi jaminan. Namun, modal yang dimiliki MAT hanya sebesar Rp 10 miliar sedangkan nilai perjanjian mencapai US$ 241,9 juta atau setara Rp 3,39 triliun (Kurs Rp 14.000/US$). Lalu bagaimana MAT dapat memenuhi jaminan tersebut?
Dalam keterbukaan informasi, pihak GIAA menyatakan bahwa MAT memperoleh suntikan modal dari Well Vintage Enterprise FZE Dubai (Well Vintage) yang telah memfasilitasi proyek di banyak negara, seperti Singapura, Uni Emirat Arab, China.
Lalu, berdasarkan perhitungan konservatif, Mahata mampu menghasilkan pendapatan US$ 1,5 miliar dari model bisnis mereka selama periode transaksi (15 tahun).
Sejatinya, tanggapan GIAA kurang memuaskan, karena andai terjadi wanprestasi dalam beberapa tahun ke dapan, maka modal Mahata diestimasi tidak akan mampu memenuhi jaminan.
Pasalnya, hingga saat ini diketahui bahwa baru ada satu unit pesawat Garuda Group yang dipasang layanan hiburan, dari total 203 pesawat. Apakah, MAT mampu memasang seluruh layanan hiburan pada sisa 202 pesawat dalam kurun waktu dekat, setidaknya hingga akhir tahun?
Belum lagi, besaran suntikan modal yang sudah diterima MAT dari Well Vintage apakah cukup besar untuk dapat mendongkrak nilai perusahaan?
Lebih lanjut, penjelasan lain yang dilayangkan BEI adalah upaya apa yang telah dilakukan untuk memastikan piutang atas perjanjian kerja sama tersebut dapat direalisasi pada periode berjalan.
GIAA menanggapi bahwa pihak perusahaan terus melakukan pengawasan dan memantau going concern bisnis Mahata.
Mahata dilaporkan sedang dalam proses finalisasi pendanaan US$ 20 juta untuk pemasangan pesawat milik Grup Garuda Indonesia.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa pada dasarnya, tanpa suntikan modal dari pihak eksternal MAT tidak memiliki kapabilitas untuk memasang layanan konektifitas dan manajemen konten. Jadi jika dana dari investor mandek, maka komitmen MAT kepada GIAA juga akan terhambat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Seperti diketahui, laporan keuangan GIAA tahun 2018 telah ditolak oleh dua komisaris karena adanya perbedaan pendapat mengenai pencatatan transaksi akuntansi atas perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT/Mahata).
BEI menanyakan kepada manajemen GIAA, andai terjadi wanprestasi, maka harta kekayaan MAT akan menjadi jaminan. Namun, modal yang dimiliki MAT hanya sebesar Rp 10 miliar sedangkan nilai perjanjian mencapai US$ 241,9 juta atau setara Rp 3,39 triliun (Kurs Rp 14.000/US$). Lalu bagaimana MAT dapat memenuhi jaminan tersebut?
Dalam keterbukaan informasi, pihak GIAA menyatakan bahwa MAT memperoleh suntikan modal dari Well Vintage Enterprise FZE Dubai (Well Vintage) yang telah memfasilitasi proyek di banyak negara, seperti Singapura, Uni Emirat Arab, China.
Sejatinya, tanggapan GIAA kurang memuaskan, karena andai terjadi wanprestasi dalam beberapa tahun ke dapan, maka modal Mahata diestimasi tidak akan mampu memenuhi jaminan.
Pasalnya, hingga saat ini diketahui bahwa baru ada satu unit pesawat Garuda Group yang dipasang layanan hiburan, dari total 203 pesawat. Apakah, MAT mampu memasang seluruh layanan hiburan pada sisa 202 pesawat dalam kurun waktu dekat, setidaknya hingga akhir tahun?
Belum lagi, besaran suntikan modal yang sudah diterima MAT dari Well Vintage apakah cukup besar untuk dapat mendongkrak nilai perusahaan?
Lebih lanjut, penjelasan lain yang dilayangkan BEI adalah upaya apa yang telah dilakukan untuk memastikan piutang atas perjanjian kerja sama tersebut dapat direalisasi pada periode berjalan.
GIAA menanggapi bahwa pihak perusahaan terus melakukan pengawasan dan memantau going concern bisnis Mahata.
Mahata dilaporkan sedang dalam proses finalisasi pendanaan US$ 20 juta untuk pemasangan pesawat milik Grup Garuda Indonesia.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa pada dasarnya, tanpa suntikan modal dari pihak eksternal MAT tidak memiliki kapabilitas untuk memasang layanan konektifitas dan manajemen konten. Jadi jika dana dari investor mandek, maka komitmen MAT kepada GIAA juga akan terhambat.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Most Popular