Rupiah yang Kuat Kini Berbalik Lemah, Gegara Demo?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 May 2019 09:24
Rupiah yang Kuat Kini Berbalik Lemah, Gegara Demo?
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berbalik melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sentimen eksternal dan domestik memang tidak kondusif bagi mata uang Tanah Air. 

Pada Rabu (22/5/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.485. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Padahal kala pembukaan pasar rupiah mampu menguat 0,07%. Namun itu tidak bertahan lama, rupiah kembali melemah dan dolar AS mendekati Rp 14.500. 


Rupiah yang awalnya masuk jajaran elit kini bergabung dengan mayoritas mata uang utama Asia yang tidak berdaya di hadapan dolar AS. Bahkan yuan China yang sempat menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning kini ikut melemah. 

Dengan begitu, dolar AS resmi menguasai Asia. Sapu bersih, tidak ada yang mampu melawan keperkasaan dolar AS. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:08 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Hari ini, kekuatan dolar AS datang dari perkembangan di Inggris. Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) memasuki babak baru. Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengajukan proposal Brexit keempat.

Sebenarnya hampir tidak ada hal baru yang ditawarkan dalam proposal jilid IV ini. Mengutip BBC, rencana seputar backstop di perbatasan Republik Irlandia dan Irlandia Utara masih ada dan sama dengan proposal-proposal sebelumnya.  Kemudian ada soal perlindungan hak-hak tenaga kerja Inggris yang bekerja di Uni Eropa dan sebaliknya. Ini juga sudah tertuang di proposal yang pernah diajukan. 

Namun ada satu hal yang agak berbeda, yaitu May memasukkan opsi menggelar referendum ulang jika kondisi memang mengharuskan. Artinya, rakyat Inggris bisa kembali memberikan suara apakah mereka masih mau berpisah dengan Uni Eropa atau kembali ke pangkuan Brussel. 

Proposal Brexit edisi keempat ini rencananya akan dibawa ke parlemen pada minggu pertama Juni dan harus kembali melalui proses voting. Ini yang tidak mudah, karena suara sumbang dari Palace of Westminster. 

"Kami tidak bisa mendukung. Sebab proposal ini hanya mengulang apa yang sudah pernah dibahas sebelumnya," kata Jeremy Corbyn, Pimpinan Partai Buruh, mengutip Reuters. 

Ketidakpastian dan risiko No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat konsesi apa-apa) yang masih tinggi membuat investor mencari aman di pelukan dolar AS. Tingginya permintaan membuat dolar AS menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, dinamika usai pengumuman hasil Pemilu 2019 masih saja belum kondusif. Sejak kemarin terjadi aksi penolakan atas hasil Pemilu yang memenangkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin. 

Bentrok antara aparat dan keamanan dan demonstran tidak terhindarkan. Bahkan kericuhan meluas, tidak hanya di sekitar kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tetapi sampai ke daerah Petamburan, Jakarta Pusat. Massa membakar asrama milik Brigade Mobil (Brimob) yang merusak bangunan dan sejumlah kendaraan.  

Gesekan masih terjadi sampai pagi ini dan belum ada tanda-tanda segera selesai. Situasi keamanan yang seperti ini tentu membuat investor tidak nyaman, terutama asing. 

Baca:
Tanah Abang Masih Ricuh, Begini Kondisinya Pagi Ini

Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 10,14 miliar pada pukul 09:15 WIB. Tanpa suntikan 'darah', rupiah pun semakin mantap melemah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular