
Timur Tengah Mulai 'Adem', Harga Minyak Mulai Terkoreksi
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
22 May 2019 09:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak terpantau melemah pada perdagangan Rabu (22/5/2019) pagi. Ketegangan Timur Tengah yang sedikit reda membuat risiko gangguan pasokan tahun ini semakin surut. Inventori minyak mentah yang meningkat di Amerika Serikat (AS) juga menambah beban pada pergerakan harga.
Pada pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent terkoreksi 0,4% ke posisi US$ 71,89/barel, setelah sebelumnya ditutup naik 0,29%. Pada saat yang sama harga light sweet (WTI) turun 0,9% ke level US$ 62,59/barel.
Arab Saudi mengatakan bahwa pihaknya "akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencegah terjadinya perang, dan selalu ada untuk perdamaian," ujar kabinet kerajaan, seperti yang dilansir dari Reuters.
Selain itu pihak kerajaan juga mempertegas komitmennya untuk menjaga keseimbangan di pasar minyak mentah global untuk mewujudkan kondisi yang berkelanjutan.
Setidaknya pernyataan tersebut membuat risiko pecahnya perang bersenjata antara dua kekuatan besar Timur Tengah sedikit mengecil.
Sebelumnya Iran dan Arab Saudi sempat gontok-gontokan akibat serangan yang terjadi pada dua fasilitas pompa di jaringan pipa milik Aramco.
Kerajaan dinasti Saud menuding Iran sebagai otak yang memberi perintah pada kelompok Houthi Yaman atas serangan tersebut.
Amerika Serikat (AS) pun ikut memprovokasi dengan tudingan serupa. Bahkan pekan lalu, setelah memberlakukan sanksi penuh kepada Iran, AS dikabarkan telah memposisikan kapal induk di perairan sekitar Timur Tengah. Presiden AS, Donald Trump juga mengatakan bahwa pihaknya telah menambah kekuatan di wilayah tersebut.
Ada pula serangan roket yang terjadi di zona hijau kota Baghdad, Iraq, yang mana AS menduga pelakunya adalah kelompok militan bersenjata yang memiliki hubungan dengan Iran.
Trump, melalui Twitternya telah mengancam dengan "kekuatan besar" apabila Iran berani mengganggu kepentingan AS di Timur Tengah.
Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) pun juga panas dengan pernyataan yang bernada perang.
"Misil jarah pendek kami [Iran] dapat dengan mudah menghantam kapal perang AS di Teluk Persia", seperti yang dikabarkan kantor berita Fars, mengutip Reuters.
Kala konflik Timur Tengah semakin memanas, maka pasokan minyak juga terancam mengalami gangguan yang serius. Pasalnya wilayah padang pasir tersebut merupakan penghasil minyak terbesar di dunia.
Dengan redanya ketegangan, pasokan juga kemungkinan masih tetap normal. Pelaku pasar pun sedikit menurunkan ekspektasi terhadap harga tahun ini.
Selain itu, stok minyak AS pada minggu yang berakhir pada 17 Mei 2019 ternyata naik hingga 2,4 juta barel, berdasarkan keterangan lembaga resmi pemerintah, Energy Information Administration (EIA), mengutip Reuters, Selasa (21/5/2019).
Padahal konsensus analis memperkirakan stok minyak mentah turun sebesar 599.000 barel pada periode yang sama. Alhasil ada elemen kejut yang membuat pelaku pasar harus melakukan koreksi atas ekspektasi harga minyak. Maraknya aksi jual kontrak pembelian minyak pun tidak dapat dihindari dan membuat harga mengarah ke bawah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Sempat Melesat
Pada pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent terkoreksi 0,4% ke posisi US$ 71,89/barel, setelah sebelumnya ditutup naik 0,29%. Pada saat yang sama harga light sweet (WTI) turun 0,9% ke level US$ 62,59/barel.
Selain itu pihak kerajaan juga mempertegas komitmennya untuk menjaga keseimbangan di pasar minyak mentah global untuk mewujudkan kondisi yang berkelanjutan.
Setidaknya pernyataan tersebut membuat risiko pecahnya perang bersenjata antara dua kekuatan besar Timur Tengah sedikit mengecil.
Sebelumnya Iran dan Arab Saudi sempat gontok-gontokan akibat serangan yang terjadi pada dua fasilitas pompa di jaringan pipa milik Aramco.
Kerajaan dinasti Saud menuding Iran sebagai otak yang memberi perintah pada kelompok Houthi Yaman atas serangan tersebut.
Amerika Serikat (AS) pun ikut memprovokasi dengan tudingan serupa. Bahkan pekan lalu, setelah memberlakukan sanksi penuh kepada Iran, AS dikabarkan telah memposisikan kapal induk di perairan sekitar Timur Tengah. Presiden AS, Donald Trump juga mengatakan bahwa pihaknya telah menambah kekuatan di wilayah tersebut.
Ada pula serangan roket yang terjadi di zona hijau kota Baghdad, Iraq, yang mana AS menduga pelakunya adalah kelompok militan bersenjata yang memiliki hubungan dengan Iran.
Trump, melalui Twitternya telah mengancam dengan "kekuatan besar" apabila Iran berani mengganggu kepentingan AS di Timur Tengah.
Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) pun juga panas dengan pernyataan yang bernada perang.
"Misil jarah pendek kami [Iran] dapat dengan mudah menghantam kapal perang AS di Teluk Persia", seperti yang dikabarkan kantor berita Fars, mengutip Reuters.
Kala konflik Timur Tengah semakin memanas, maka pasokan minyak juga terancam mengalami gangguan yang serius. Pasalnya wilayah padang pasir tersebut merupakan penghasil minyak terbesar di dunia.
Dengan redanya ketegangan, pasokan juga kemungkinan masih tetap normal. Pelaku pasar pun sedikit menurunkan ekspektasi terhadap harga tahun ini.
Selain itu, stok minyak AS pada minggu yang berakhir pada 17 Mei 2019 ternyata naik hingga 2,4 juta barel, berdasarkan keterangan lembaga resmi pemerintah, Energy Information Administration (EIA), mengutip Reuters, Selasa (21/5/2019).
Padahal konsensus analis memperkirakan stok minyak mentah turun sebesar 599.000 barel pada periode yang sama. Alhasil ada elemen kejut yang membuat pelaku pasar harus melakukan koreksi atas ekspektasi harga minyak. Maraknya aksi jual kontrak pembelian minyak pun tidak dapat dihindari dan membuat harga mengarah ke bawah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Sempat Melesat
Most Popular