
Tensi Perang Dagang Belum Turun, Bursa Singapura Merah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
22 May 2019 08:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks bursa saham utama Singapura terus melanjutkan koreksinya pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (22/5/2019).
Straits Times (STI) dibuka melemah terbatas 0,12% menjadi 3.179,44. Ini merupakan nilai terendah sejak 30 Januari 2019.
Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 9 mencatatkan kenaikan harga, 16 saham melemah, dan 5 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Sentimen yang menyelimuti pasar saham Negeri Singa masih seputar rilis data ekonomi yang jeblok dan ketidakpastian perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Pada Senin (21/5/2019) pagi, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengumumkan produk domestik bruto (PDB) di kuartal I-2019 hanya tumbuh 1,2% secara tahunan, turun dari pembacaan awal yang sebesar 1,3% YoY.
Berdasar data Refinitiv, hasil yang lebih rendah dari proyeksi 1,5% dalam survei Reuters itu menjadi yang terlemah sejak kuartal April-Juni 2009 ketika ekonomi Singapura turun 1,7% secara tahunan.
Alhasil, pemerintah Negeri Singa merevisi turun target pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2019 menjadi di kisaran 1,5-2,5%, dari sebelumnya 1,5-3,5%.
Capaian tersebut mengkonfirmasi ketegangan perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, tidak hanya menekan ekonomi AS dan China, tapi juga menyakiti ekonomi global.
Perang dagang akan terus menjadi aktor utama yang menentukan arah pergerakan pasar, terutama fakta bahwa ekonomi Singapura masih kecil dan sangat terbuka, dimana aktifitas perekonomian sangat bergantung pada arus perdagangan internasional.
Lebih lanjut, tingginya peluang 'perang teknologi' baru yang diusung oleh AS dapat semakin memperburuk tekanan yang sudah dialami pelaku industri China.
Pasalnya, salah satu industri yang menekan laju PDB Singapura pada kuartal pertama tahun ini adalah industri elektronik dan presisi mesin. Jadi, jika ada perang teknologi meletus, tentu akan semakin menyeret laju pertumbuhan ekonomi.
Pada hari ini, tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Jelang Tutup Tahun, Bursa Singapura Dibuka di Zona Merah
Straits Times (STI) dibuka melemah terbatas 0,12% menjadi 3.179,44. Ini merupakan nilai terendah sejak 30 Januari 2019.
Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 9 mencatatkan kenaikan harga, 16 saham melemah, dan 5 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Pada Senin (21/5/2019) pagi, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengumumkan produk domestik bruto (PDB) di kuartal I-2019 hanya tumbuh 1,2% secara tahunan, turun dari pembacaan awal yang sebesar 1,3% YoY.
Berdasar data Refinitiv, hasil yang lebih rendah dari proyeksi 1,5% dalam survei Reuters itu menjadi yang terlemah sejak kuartal April-Juni 2009 ketika ekonomi Singapura turun 1,7% secara tahunan.
Alhasil, pemerintah Negeri Singa merevisi turun target pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2019 menjadi di kisaran 1,5-2,5%, dari sebelumnya 1,5-3,5%.
Capaian tersebut mengkonfirmasi ketegangan perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, tidak hanya menekan ekonomi AS dan China, tapi juga menyakiti ekonomi global.
Perang dagang akan terus menjadi aktor utama yang menentukan arah pergerakan pasar, terutama fakta bahwa ekonomi Singapura masih kecil dan sangat terbuka, dimana aktifitas perekonomian sangat bergantung pada arus perdagangan internasional.
Lebih lanjut, tingginya peluang 'perang teknologi' baru yang diusung oleh AS dapat semakin memperburuk tekanan yang sudah dialami pelaku industri China.
Pasalnya, salah satu industri yang menekan laju PDB Singapura pada kuartal pertama tahun ini adalah industri elektronik dan presisi mesin. Jadi, jika ada perang teknologi meletus, tentu akan semakin menyeret laju pertumbuhan ekonomi.
Pada hari ini, tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Jelang Tutup Tahun, Bursa Singapura Dibuka di Zona Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular