IHSG Bak Buku Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 May 2019 16:52
IHSG Bak Buku Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan koreksi sebesar 0,08% ke level 5.822,47, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian memperlebar kekalahannya ke level 5.767,40 (-1,02% dibandingkan penutupan perdagangan hari Jumat, 17/5/2019).

Namun seiring berjalannya waktu, IHSG bisa membalikkan keadaan. Pada penutupan perdagangan, IHSG melesat 1,38% ke level 5.907,12.

IHSG melesat kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan melemah: indeks Shanghai jatuh 0,41%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,57%, indeks Straits Times terpangkas 0,77%, dan indeks Kospi turun 0,09 poin.

Sentimen yang menyelimuti perdagangan hari ini bisa dibilang tak menguntungkan bagi pasar saham. Beberapa sumber mengatakan bahwa diskusi untuk mempersiapkan dialog dagang lanjutan antara AS dan China telah dihentikan, seiring dengan serangan yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump kepada perusahaan telekomunikasi asal China, salah satunya Huawei, seperti dilansir dari CNBC International.

Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.

Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".

Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.

China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.

"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis (16/5/2019), dikutip dari CNBC International.

Ancaman dari Trump tersebut kini terlihat sudah membuahkan hasil negatif bagi China. Induk usaha Google yakni Alphabet telah menghentikan sementara beberapa kegiatan bisnisnya dengan Huawei yang memerlukan pengalihan perangkat keras, piranti lunak, dan layanan teknis kecuali yang tersedia secara publik melalui lisensi open source, kata seorang sumber yang mengetahui hal itu kepada Reuters, Minggu (19/5/2019).

Langkah Alphabet itu berpotensi mengguncang bisnis ponsel pintar Huawei di luar China karena perusahaan akan kehilangan akses atas pembaruan sistem operasi Google, Android. Versi selanjutnya dari berbagai ponsel pintar Huawei juga tidak akan memiliki akses ke layanan-layanan populer, seperti aplikasi Google Play Store, Gmail, dan YouTube.

"Huawei hanya akan bisa menggunakan versi publik dari Android dan tidak akan mendapat akses untuk aplikasi dan layanan yang merupakan hak cipta Google," kata sumber itu, dilansir dari Reuters.

Tak hanya Alphabet, Intel, Qualcomm, Xilinx, dan Broadcom telah menginformasikan kepada para karyawannya bahwa mereka akan berhenti menyuplai Huawei sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut, seperti diinformasikan oleh orang-orang yang memahami masalah tersebut, dilansir dari Bloomberg.
Koreksi dalam yang dialami IHSG sepanjang pekan lalu telah membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli pada hari ini. Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok hingga 6,16%, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.

Saham-saham bluechip yang sudah banyak dilego investor pada pekan lalu kini menjadi incaran dalam melakukan aksi beli. Tak salah jika kinerja IHSG pada hari ini dianalogikan sebagai buku karya R.A. Kartini: Habis Gelap Terbilah Terang. Setelah babak belur sepanjang pekan lalu, pada pekan ini IHSG langsung bangkit.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong penguatan IHSG pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+3,86%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,56%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,99%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+4,01%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,68%).

Selain karena koreksi yang sudah begitu dalam, aksi beli di bursa saham tanah air juga didukung oleh pergerakan rupiah yang mendukung. Pada perdagangan hari ini, rupiah hanya melemah tipis 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.450/dolar AS. Pelemahan pada hari ini merupakan yang pertama dalam 3 hari perdagangan terakhir. Pada hari ini, rupiah bahkan cenderung ditransaksikan flat sepanjang hari.

Patut diduga, Bank Indonesia (BI) masih melakukan intervensi seperti yang sudah dilakukannya dalam 2 hari perdagangan terakhir.

“…kami tegaskan bahwa BI selalu berada di pasar untuk melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dengan intervensi ganda, baik melalui pasar valas di spot maupun DNDF. Demikian juga pembelian SBN dari pasar sekunder, dengan tetap menjaga mekanisme pasar. Itu yang terus kita lakukan sehingga kita juga selain mensupply di valasnya juga membeli SBN dari pasar sekunder,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI pada hari Jumat (17/5/2019).

Dengan kinerja rupiah yang sudah jauh membaik, investor menjadi kian optimistis untuk memburu saham-saham di tanah air. Sejatinya, kinerja IHSG bisa lebih oke lagi jika investor asing tak melakukan aksi jual. Pasca membukukan jual bersih senilai Rp 3,04 triliun di pasar saham tanah air sepanjang pekan lalu, pada perdagangan hari ini investor asing kembali membukukan jual bersih, yakni senilai Rp 642,8 miliar.

Aksi jual terus dilakukan investor asing lantaran ada kekhawatiran yang menyelimuti terkait dengan pengumuman hasil pemilihan presiden (pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Mei mendatang.

Sebelumnya, apparat kepolisian sudah menangkap sebanyak 29 teroris yang diduga akan melancarkan serangan pada tanggal 22 Mei. Penangkapan dilakukan langsung oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Menyusul tertangkapnya terduga teroris tersebut, Polri meminta masyarakat tidak melakukan aksi turun ke jalan pada tanggal 22 Mei untuk mengantisipasi tindakan teror.

"Saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," kata Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal di Mabes Polri pada hari Jumat (17/5/2019), dilansir dari detikcom.

Iqbal mengatakan, jika ada serangan teroris di hari tersebut bukan tak mungkin akan jatuh banyak korban. Polisi juga tak memungkiri masih ada potensi serangan meski sudah ada yang ditangkap.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 255,4 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 67,6 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 59,6 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 51,9 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 46,7 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular