Resep BI Jaga Rupiah: Gegenpressing A La Juergen Klopp

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 May 2019 16:36
Resep BI Jaga Rupiah: <i>Gegenpressing</i> A La Juergen Klopp
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Namun rupiah gagal memanfaatkan momentum tersebut karena nyaris seharian justru melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). 

Pada Senin (20/5/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.450 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Saat pembukaan pasar, rupiah belum melemah meski tidak menguat juga. Stagnan saja di Rp 14.445/US$. Namun beberapa menit kemudian rupiah langsung melemah. Mata uang Tanah Air terjebak di zona merah sampai tutup lapak. 

Hari ini gerak rupiah cenderung statis. Rupiah hampir tidak pernah bergerak seharian. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 


Sementara mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang juga melemah adalah won Korea Selatan, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Taiwan. Sementara yang menguat adalah yuan China, yen Jepang, rupee India, dolar Singapura, dan baht Thailand. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:13 WIB:

 

Melihat mata uang Asia yang cenderung menguat dan rupiah yang seakan 'dipaku', kemungkinan besar ada campur tangan Bank Indonesia (BI). Sepertinya BI benar-benar melakukan pengawalan ketat terhadap rupiah. Bisa jadi rupiah melemah lebih dalam kalau tanpa intervensi BI. 

Saat rupiah melemah lebih sedikit lebih dalam jelang penutupan pasar, BI langsung melakukan 'marking' dan membuat rupiah kembali ke Rp 14.450/US$. Bagaikan gegenpressing a la Juergen Klopp, BI langsung kembali mencoba merebut bola setelah kehilangan penguasaan. Pengawalan ketat dan melekat. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sepertinya ada dua sentimen utama yang memberatkan langkah rupiah hari ini. Pertama adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 16:15 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet terdongkrak masing-masing 0,44% dan 0,29%. 

Selain ketegangan di Timur Tengah antara Arab Saudi cs versus Iran, kebijakan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) juga mempengaruhi harga si emas hitam. Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, mengusulkan agar kebijakan pengurangan produksi dilanjutkan pada semester II-2019. 

"Pada semester II, kami cenderung untuk mempertahankan pengelolaan produksi dan menjaga inventori berkurang secara gradual. Perlahan tetapi pasti berkurang menuju level normal," kata Khalid Al Falih, Menteri Energi Arab Saudi, dikutip dari Reuters. 


Persepsi kelangkaan pasokan membuat harga minyak bergerak ke utara alias naik. Ini bukan kabar baik buat rupiah karena bakal membuat biaya impor minyak membengkak dan membebani transaksi berjalan (current account). 

Kedua adalah penantian terhadap pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei. Sejauh ini, hasil hitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Hasil akhir akan diumumkan Rabu mendatang. 


Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno masih menggaungkan ketidakpercayaan terhadap hasil rekapitulasi suara oleh KPU. Kubu 02 menilai berbagai kecurangan dalam Pemilu membuat hasilnya tidak sah dan harus diulang. 

Seruan untuk aksi massa pada 22 Mei di kantor KPU pun mengemuka. Bahkan polisi mencium ada upaya teror yang membonceng aksi ini untuk menyebarkan ketakutan. 

Situasi ini yang benar-benar dicermati investor. Bukan hanya siapa pemenang Pemilu, pelaku pasar juga memantau bagaimana situasi keamanan kala pengumuman hasil coblosan. Potensi chaos yang tidak bisa dikesampingkan tentu menjadi perhatian pasar. 


Menuju 22 Mei, pelaku pasar sepertinya memilih untuk menunggu terlebih dulu. Ada kemungkinan investor menunda rencana masuk ke pasar keuangan Indonesia sebelum situasi agak tenang. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular