
Resep BI Jaga Rupiah: Gegenpressing A La Juergen Klopp
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 May 2019 16:36

Sepertinya ada dua sentimen utama yang memberatkan langkah rupiah hari ini. Pertama adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 16:15 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet terdongkrak masing-masing 0,44% dan 0,29%.
Selain ketegangan di Timur Tengah antara Arab Saudi cs versus Iran, kebijakan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) juga mempengaruhi harga si emas hitam. Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, mengusulkan agar kebijakan pengurangan produksi dilanjutkan pada semester II-2019.
"Pada semester II, kami cenderung untuk mempertahankan pengelolaan produksi dan menjaga inventori berkurang secara gradual. Perlahan tetapi pasti berkurang menuju level normal," kata Khalid Al Falih, Menteri Energi Arab Saudi, dikutip dari Reuters.
Persepsi kelangkaan pasokan membuat harga minyak bergerak ke utara alias naik. Ini bukan kabar baik buat rupiah karena bakal membuat biaya impor minyak membengkak dan membebani transaksi berjalan (current account).
Kedua adalah penantian terhadap pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei. Sejauh ini, hasil hitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Hasil akhir akan diumumkan Rabu mendatang.
Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno masih menggaungkan ketidakpercayaan terhadap hasil rekapitulasi suara oleh KPU. Kubu 02 menilai berbagai kecurangan dalam Pemilu membuat hasilnya tidak sah dan harus diulang.
Seruan untuk aksi massa pada 22 Mei di kantor KPU pun mengemuka. Bahkan polisi mencium ada upaya teror yang membonceng aksi ini untuk menyebarkan ketakutan.
Situasi ini yang benar-benar dicermati investor. Bukan hanya siapa pemenang Pemilu, pelaku pasar juga memantau bagaimana situasi keamanan kala pengumuman hasil coblosan. Potensi chaos yang tidak bisa dikesampingkan tentu menjadi perhatian pasar.
Menuju 22 Mei, pelaku pasar sepertinya memilih untuk menunggu terlebih dulu. Ada kemungkinan investor menunda rencana masuk ke pasar keuangan Indonesia sebelum situasi agak tenang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Selain ketegangan di Timur Tengah antara Arab Saudi cs versus Iran, kebijakan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) juga mempengaruhi harga si emas hitam. Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, mengusulkan agar kebijakan pengurangan produksi dilanjutkan pada semester II-2019.
"Pada semester II, kami cenderung untuk mempertahankan pengelolaan produksi dan menjaga inventori berkurang secara gradual. Perlahan tetapi pasti berkurang menuju level normal," kata Khalid Al Falih, Menteri Energi Arab Saudi, dikutip dari Reuters.
Persepsi kelangkaan pasokan membuat harga minyak bergerak ke utara alias naik. Ini bukan kabar baik buat rupiah karena bakal membuat biaya impor minyak membengkak dan membebani transaksi berjalan (current account).
Kedua adalah penantian terhadap pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei. Sejauh ini, hasil hitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Hasil akhir akan diumumkan Rabu mendatang.
Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno masih menggaungkan ketidakpercayaan terhadap hasil rekapitulasi suara oleh KPU. Kubu 02 menilai berbagai kecurangan dalam Pemilu membuat hasilnya tidak sah dan harus diulang.
Seruan untuk aksi massa pada 22 Mei di kantor KPU pun mengemuka. Bahkan polisi mencium ada upaya teror yang membonceng aksi ini untuk menyebarkan ketakutan.
Situasi ini yang benar-benar dicermati investor. Bukan hanya siapa pemenang Pemilu, pelaku pasar juga memantau bagaimana situasi keamanan kala pengumuman hasil coblosan. Potensi chaos yang tidak bisa dikesampingkan tentu menjadi perhatian pasar.
Menuju 22 Mei, pelaku pasar sepertinya memilih untuk menunggu terlebih dulu. Ada kemungkinan investor menunda rencana masuk ke pasar keuangan Indonesia sebelum situasi agak tenang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular