Duh! Ribut-Ribut AS-China Akan Bawa Dow Jones Anjlok 110 Poin

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 May 2019 18:27
Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini.
Foto: New York Stock Exchange (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 19:00 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 110 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 13 dan 39 poin.

Kinclongnya rilis data ekonomi AS tak lagi mampu mengangkat kinerja Wall Street. Kemarin (16/5/2019), indeks Dow Jones ditutup menguat 0,84%, indeks S&P 500 menguat 0,89%, dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,97%.

Kemarin, pembangunan hunian baru periode April 2019 diumumkan sejumlah 1,24 juta unit, mengalahkan konsensus yang sejumlah 1,21 juta unit, seperti dilansir dari Forex Factory. Kemudian, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada tanggal 11 Mei diumumkan sebanyak 212.000, lebih baik dari konsensus yang sebanyak 220.000.



Panasnya bara perang dagang AS-China membuat saham-saham di Negeri Paman Sam menjadi sasaran jual investor pada hari ini. Pada Kamis malam waktu setempat, media milik pemerintah China mengatakan bahwa Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.

Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi dengan Xinhua News Agency dan People's Daily yang merupakan media milik pemerintah China.

Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan "trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana". Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.

"Jika ada yang berpikir bahwa pihak China hanya menggertak, itu akan menjadi kesalahan penilaian paling signifikan sejak Perang Korea", tulis Taoran Notes, dikutip dari Bloomberg.

Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.

Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".


Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.

Jika perang dagang tereskalasi lagi, laju perekonomian AS yang saat ini sedang oke bisa berbalik 180 derajat. Ini tentu bukan kabar baik bagi pasar sahamnya.

Pada hari ini, investor akan mencermati rilis pembacaan awal atas data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Mei 2019 oleh University of Michigan. Mengingat lebih dari 50% perekonomian AS disumbang oleh konsumsi rumah tangga, data ini dapat memberi petunjuk mengenai kuat-lemahnya laju perekonomian AS di masa depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular