
Dikawal Ketat Bank Indonesia, Rupiah Merdeka!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 May 2019 15:27

Di sisi lain, mata uang negara-negara tetangga tak mampu berbicara banyak melawan dolar AS seiring dengan greenback yang memang sedang begitu berkilau. Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat dolar AS selaku safe haven laris manis.
Pada Kamis malam (16/5/2019) waktu setempat, media milik pemerintah China mengatakan bahwa Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.
Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi dengan Xinhua News Agency dan People’s Daily yang merupakan media milik pemerintah China.
Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan “trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana”. Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.
“Jika ada yang berpikir bahwa pihak China hanya menggertak, itu akan menjadi kesalahan penilaian paling signifikan” sejak Perang Korea, tulis Taoran Notes, dikutip dari Bloomberg.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang “membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS”.
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
“Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China,” papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International.
Selain karena statusnya sebagai safe haven, data ekonomi yang kinclong ikut memantik aksi beli atas dolar AS. Kemarin, pembangunan hunian baru periode April 2019 diumumkan sejumlah 1,24 juta unit, mengalahkan konsensus yang sejumlah 1,21 juta unit, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada tanggal 11 Mei diumumkan sebanyak 212.000, lebih baik dari konsensus yang sebanyak 220.000, dilansir dari Forex Factory.
Dengan data ekonomi yang kinclong, urgensi bagi The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi berkurang. Praktis, dolar AS menjadi mendapatkan suntikan energi untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/dru)
Pada Kamis malam (16/5/2019) waktu setempat, media milik pemerintah China mengatakan bahwa Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.
Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi dengan Xinhua News Agency dan People’s Daily yang merupakan media milik pemerintah China.
“Jika ada yang berpikir bahwa pihak China hanya menggertak, itu akan menjadi kesalahan penilaian paling signifikan” sejak Perang Korea, tulis Taoran Notes, dikutip dari Bloomberg.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang “membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS”.
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
“Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China,” papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International.
Selain karena statusnya sebagai safe haven, data ekonomi yang kinclong ikut memantik aksi beli atas dolar AS. Kemarin, pembangunan hunian baru periode April 2019 diumumkan sejumlah 1,24 juta unit, mengalahkan konsensus yang sejumlah 1,21 juta unit, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada tanggal 11 Mei diumumkan sebanyak 212.000, lebih baik dari konsensus yang sebanyak 220.000, dilansir dari Forex Factory.
Dengan data ekonomi yang kinclong, urgensi bagi The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi berkurang. Praktis, dolar AS menjadi mendapatkan suntikan energi untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular