Tak Ada Kejutan dari BI, IHSG Terima Kenyataan Anjlok 1,42%
Dwi Ayuningtyas,
CNBC Indonesia
16 May 2019 16:55
Di lain pihak, hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan, BI-7 Day Reverse Repo Rate, di level 6% tidak mampu menyelamatkan IHSG.Â
Pasalnya, tidak ada kejutan pada keputusan tersebut karena sebelumnya konsensus pasar sudah memproyeksi hal ini. Terlebih Perry Warjiyo dan kolega menunjukkan sikap yang sangat berhati-hati. Â
"Keputusan tersebut sejalan dengan menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Kamis (16/5/2019). Â
Lebih lanjut, Perry bahkan memproyeksi bahwa defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) Indonesia akan semakin melebar di kisaran 2,5-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebelumnya BI memperkirakan bahwa CAD akan ada di level 2,5%. Â
Perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China membuat risiko penurunan ekspor semakin meningkat. Â
Bulan lalu, ekspor Indonesia tercatat hanya sebesar US$ 12,6 atau turun 10,8%Â year-on-year (YoY) dan menyebabkan neraca perdagangan barang mengalami defisit terparah sepanjang sejarah (US$ 2,5 miliar). Â
Sebagai informasi, pada tahun 2018, CAD Indonesia sudah menyentuh 2,98%, atau yang paling dalam sejak tahun 2014. Jika tahun ini semakin lebar, maka rupiah akan semakin kehilangan pijakan untuk bertahan dari tekanan mata uang lain. Â
Alhasil, investor asing terus kabur dari pasar modal tanah air. Per akhir sesi 2, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 687 miliar. Â Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 205,99 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 196,85 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 135,08 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 40,23 miliar), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 35,97 miliar)
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps)
Pasalnya, tidak ada kejutan pada keputusan tersebut karena sebelumnya konsensus pasar sudah memproyeksi hal ini. Terlebih Perry Warjiyo dan kolega menunjukkan sikap yang sangat berhati-hati. Â
"Keputusan tersebut sejalan dengan menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Kamis (16/5/2019). Â
Perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China membuat risiko penurunan ekspor semakin meningkat. Â
Bulan lalu, ekspor Indonesia tercatat hanya sebesar US$ 12,6 atau turun 10,8%Â year-on-year (YoY) dan menyebabkan neraca perdagangan barang mengalami defisit terparah sepanjang sejarah (US$ 2,5 miliar). Â
Sebagai informasi, pada tahun 2018, CAD Indonesia sudah menyentuh 2,98%, atau yang paling dalam sejak tahun 2014. Jika tahun ini semakin lebar, maka rupiah akan semakin kehilangan pijakan untuk bertahan dari tekanan mata uang lain. Â
Alhasil, investor asing terus kabur dari pasar modal tanah air. Per akhir sesi 2, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 687 miliar. Â Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 205,99 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 196,85 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 135,08 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 40,23 miliar), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 35,97 miliar)
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps)