Tak Ada Kejutan dari BI, IHSG Terima Kenyataan Anjlok 1,42%

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
16 May 2019 16:55
Tak Ada Kejutan dari BI, IHSG Terima Kenyataan Anjlok 1,42%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta,CNBC Indonesia - Dibuka melemah terbatas 0,18% pada perdagangan hari ini (16/5/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan ditutup anjlok 1,42% ke level 5.895,74 poin.

Ini berarti sudah 4 hari beruntun, bursa saham tanah air terus membukukan koreksi di atas 1% dan menjadi pecundang karena menorehkan penurunan paling dalam dibandingkan dengan bursa saham utama kawasan Asia.

Bursa saham acuan Benua Kuning mayoritas masuk ke zona hijau. Indeks Shanghai naik 0,58%, Straits Times menguat 0,51%, Hang Seng stagnan 0,02%. Sementara itu, Kospi anjlok 1,2% dan Nikkei terkoreksi 0,59%.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong pelemahan IHSG di antaranya: PT Bliss Properti Indonesia Tbk/POSA (-24,8%), PT Capri Nusa Satu Properti Tbk/CPRI (-9,64%), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (-6,07%), PT Ever Shine Tex Tbk/ESTI (-4,9%), PT Meta Epsi Tbk/MTPS (-4,23%).

Sentimen eksternal yang menyelimuti perdagangan hari ini memang masih mendung, karena bara perang dagang AS-China yang kemarin sore sudah mulai padam, kembali tersulut.

Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional atas ancaman terhadap teknologi AS pada Rabu (15/5/2019) waktu setempat. Deklarasi ini mengakibatkan Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies Co Ltd dan 70 afiliasi lainnya ke dalam "Daftar Entitas".

Hal ini berarti Huawei dilarang membeli perlengkapan dan komponen dari perusahaan domestik tanpa persetujuan pemerintah.

Huawei adalah perusahaan raksasa teknologi milik China. Jika bisnis perusahaan tersebut dibatasi, tentunya kontribusi ekonomi yang disumbangkan kepada Negeri Tirai Bambu tergerus.

Analis di Eurasia Grup mengatakan bahwa peristiwa tersebut akan sangat mengganggu hubungan kedua negara dan China akan memandang ini sebagai tindakan permusuhan serta provokasi yang besar, dilansir CNBC International.

"Beijing tidak mungkin melanjutkan negosiasi perdagangan yang serius ketika merasa disandera oleh AS. Bahkan jika negosiasi terus berjalan, dalam iklim yang tidak bersahabat ini, Beijing bahkan lebih tidak mungkin untuk membuat konsesi yang signifikan untuk AS, terutama pada masalah teknologi di jantung sengketa perdagangan," kata analis dikutip CNBC International
Di lain pihak, hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan, BI-7 Day Reverse Repo Rate, di level 6% tidak mampu menyelamatkan IHSG. 

Pasalnya, tidak ada kejutan pada keputusan tersebut karena sebelumnya konsensus pasar sudah memproyeksi hal ini. Terlebih Perry Warjiyo dan kolega menunjukkan sikap yang sangat berhati-hati.  

"Keputusan tersebut sejalan dengan menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Kamis (16/5/2019).  

Lebih lanjut, Perry bahkan memproyeksi bahwa defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) Indonesia akan semakin melebar di kisaran 2,5-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebelumnya BI memperkirakan bahwa CAD akan ada di level 2,5%.  

Perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat (AS)-China membuat risiko penurunan ekspor semakin meningkat.  

Bulan lalu, ekspor Indonesia tercatat hanya sebesar US$ 12,6 atau turun 10,8%  year-on-year (YoY) dan menyebabkan neraca perdagangan barang mengalami defisit terparah sepanjang sejarah (US$ 2,5 miliar).  

Sebagai informasi, pada tahun 2018, CAD Indonesia sudah menyentuh 2,98%, atau yang paling dalam sejak tahun 2014. Jika tahun ini semakin lebar, maka rupiah akan semakin kehilangan pijakan untuk bertahan dari tekanan mata uang lain.  

Alhasil, investor asing terus kabur dari pasar modal tanah air. Per akhir sesi 2, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 687 miliar.   Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 205,99 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 196,85 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 135,08 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 40,23 miliar), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (Rp 35,97 miliar)

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular