
Sayonara 6.000! Perang Dagang Bikin IHSG Anjlok 1% Lagi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 May 2019 16:53

Momok bagi pasar saham tanah air datang dari rilis data perdagangan internasional periode April 2019. Sepanjang bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor Indonesia ambruk hingga 13,1% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi sebesar 6,2% saja. Sementara itu, impor melemah sebesar 6,58%, lebih baik dibandingkan konsensus yang memperkirakan kejatuhan sebesar 11,36%.
Alhasil, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar, jauh lebih besar dibandingkan konsensus yang hanya sebesar US$ 497 juta. Defisit pada April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir. Pada bulan Februari, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, sementara surplus pada bulan Maret adalah senilai US$ 540 juta.
Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada bulan April merupakan terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.
Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, IHSG ditransaksikan melemah tipis 0,06% sebelum kemudian memperlebar kekalahannya hingga lebih dari 1%.
Dengan defisit neraca dagang yang begitu lebar, maka defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi sangat sulit untuk diredam. Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Praktis, rupiah menjadi tak memiliki pijakan untuk menguat. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.455/dolar AS. Pelemahan rupiah pada akhirnya memantik aksi jual oleh pelaku pasar saham tanah air.
Pelemahan rupiah yang terus terjadi dalam beberapa waktu terakhir dikhawatirkan dapat mempegaruhi stabilitas perekonomian nasional, sehingga instrumen berisiko seperti saham menjadi tak menarik di mata investor.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money. (ank/ank)
Alhasil, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar, jauh lebih besar dibandingkan konsensus yang hanya sebesar US$ 497 juta. Defisit pada April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir. Pada bulan Februari, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, sementara surplus pada bulan Maret adalah senilai US$ 540 juta.
Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada bulan April merupakan terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.
Dengan defisit neraca dagang yang begitu lebar, maka defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi sangat sulit untuk diredam. Sebagai informasi, CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih lebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
Praktis, rupiah menjadi tak memiliki pijakan untuk menguat. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.455/dolar AS. Pelemahan rupiah pada akhirnya memantik aksi jual oleh pelaku pasar saham tanah air.
Pelemahan rupiah yang terus terjadi dalam beberapa waktu terakhir dikhawatirkan dapat mempegaruhi stabilitas perekonomian nasional, sehingga instrumen berisiko seperti saham menjadi tak menarik di mata investor.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money. (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular