Harga Minyak Melesat Setelah Rig Arab Dibom oleh Drone

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 May 2019 19:07
Harga minyak mentah global melesat setelah Arab Saudi mengabarkan serangan bom oleh sebuah drone terjadi di fasilitas pengeboran minyak.
Foto: Drone terbang dan menyemprotkan bahan kimia selama operasi untuk mengurangi polusi udara di Bangkok, Thailand, 22 Januari 2019. REUTERS / Athit Perawongmetha
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global setelah drone yang dilengkapi bom meledakkan dua fasilitas pengeboran milik Saudi Aramco.

Pada perdagangan Senin (14/5/2019) pukul 18:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juli melesat hingga 1,42% menjadi US$ 71,23/barel. Sedangkan harga light sweet (WTI) menguat 1,03% ke level US$ 61,67/barel.




Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan bahwa dua fasilitas pengeboran milik perusahaan minyak kerajaan, Saudi Aramco diserang oleh drone yang dilengkapi bom, mengutip Reuters, Selasa (14/5/2019).

Falih mengatakan serangan tersebut merupakan aksi terorisme yang menargetkan pasokan minyak global. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada penjelasan lebih lanjut tentang siapa dalang dibalik penyerangan tersebut.


Akibatnya, kata Falih, Saudi Aramco menghentikan produksi minyak di jalur pipa Timur-Barat (East-West) hingga kerusakan akibat serangan dapat dievaluasi.

Di saat yang hampir bersamaan, sebuah stasiun televisi milik kelompok pemberontak Yaman, Houthi, mengatakan bahwa sebuah gerakan yang memiliki hubungan dengan Iran telah melancarkan serangan drone kepada fasilitas pengeboran Arab Saudi. Namun pemberitaan tersebut tidak menyebutkan secara jelas target spesifik dan waktu dari penyerangan.

Masih dari Reuters, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) meyakini bahwa Iran merupakan biang keladi penyerangan tersebut. Namun otoritas Iran dengan tegas menyangkal keterlibatan Iran.

Sebelumnya, otoritas uni Emirat Arab (UEA) mengabarkan bahwa telah terjadi sabotase pada empat kapal tanker komersial di dekat perairan Fujairah, yang mana salah satu hub perdagangan international yang terbesar di sekitar Selat Hormuz, mengutip Reuters. Namun pihaknya tidak membeberkan lebih lanjut dalang dan motif dibalik penyerangan tersebut.

Hari ini Falih mengatakan bahwa dua dari empat kapal tanker yang diserang di perairan UEA adalah milik Arab Saudi.

Meningkatnya ketegangan konflik di Timur Tengah membuat pelaku pasar makin khawatir dengan ketersediaan pasokan minyak global. Karena boleh jadi saat konflik makin panas, distribusi minyak global terhambat, membuat pasokan sulit dilepas ke pasar.

Apalagi diketahui satu per lima konsumsi minyak global didistribusikan dari Timur Tengah melalui Selat Hormuz.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular