
Perang Dagang Bawa Berkah, Harga Emas Tembus US$ 1.300/oz
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 May 2019 09:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, harga emas sempat terbang dan menembus level psikologis US$ 1.300/troy ounce.
Pada penutupan perdagangan Senin (13/5/2019) harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melesat hingga 1,12% ke level US$ 1.301,8/troy ounce. Sedangkan harga emas di pasar spot meroket 1,09% ke posisi US$ 1.299,51/troy ounce.
Emas selaku salah satu safe haven memang seringkali dijadikan pelarian pelaku pasar kala keadaan ekonomi dan politik global sedang penuh ketidakpastian.
Pemerintah AS telah secara resmi memberlakukan tarif baru sebesar 25% untuk produk-produk China senilai US$ 200 miliar mulai hari Jumat (10/5/2019) mulai pukul 00:01 waktu setempat.
Padahal pada saat itu, Wakil Perdana Menteri China, Liu He sedang berada di Washington untuk melakukan negosiasi tatap muka dengan delegasi AS yang dipimpin oleh Perwakilan Dagang, Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan, Steven Mnuchin.
Hingga akhir pekan berlalu, ternyata tarif tersebut tidak kunjung dihapuskan. Artinya perundingan yang dilakukan sepanjang Kamis-Jumat (9-10/5/2019) belum berhasil menelurkan kesepakatan antara kedua negara.
Reaksi pemerintah China pun agaknya sangat mudah untuk ditebak.
Hari Senin (13/5/2019) China mengumumkan kenaikan tarif untuk produk-produk AS senilai US$ 60 miliar yang akan mulai berlaku bulan Juni mendatang. Sebanyak 5.140 jenis produk akan mengalami kenaikan tarif impor bervariasi, mulai dari 5% hingga 25% mulai 1 Juni 2019, berdasarkan keterangan Menteri Keuangan China, mengutip Reuters.
Dengan begitu babak baru perang dagang telah resmi dimulai. Fenomena saling lempar bea impor seperti yang terjadi pada tahun 2018 pun kembali terjadi. Dampaknya pun bisa jadi akan mirip.
Rantai pasokan global (sekali lagi) akan terhambat. Aktivitas perekonomian global lesu dan menyebabkan perlambatan ekonomi (dari yang sudah lambat).
Bahkan bukan hanya itu, minggu lalu Presiden AS, Donald Trump dikabarkan telah memerintahkan proses peningkatan bea impor sebesar 25% untuk produk China lain yang senilai US$ 325 miliar.
Bila perang tarif impor semakin memanas, masa depan ekonomi global menjadi sangat buram. Risiko koreksi nilai aset menjadi sangat besar, membuat investor enggan masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
Namun setelah penutupan perdagangan, harga emas sedikit terkoreksi. Yah, mau bagaimanapun setelah naik cukup tinggi, potensi koreksi teknikal menjadi amat tinggi. Beberapa investor sudah tergoda untuk mengamankan keuntungan.
Pada perdagangan Selasa (14/5/2019) pukul 09:15 WIB, harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni terkoreksi 0,09% menjadi US$ 1.300,6/troy ounce. Sedangkan harga emas di pasar spot turun terbatas 0,01% ke level US$ 1.299,51/troy ounce.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly
Pada penutupan perdagangan Senin (13/5/2019) harga emas kontrak pengiriman Juni di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melesat hingga 1,12% ke level US$ 1.301,8/troy ounce. Sedangkan harga emas di pasar spot meroket 1,09% ke posisi US$ 1.299,51/troy ounce.
Pemerintah AS telah secara resmi memberlakukan tarif baru sebesar 25% untuk produk-produk China senilai US$ 200 miliar mulai hari Jumat (10/5/2019) mulai pukul 00:01 waktu setempat.
Padahal pada saat itu, Wakil Perdana Menteri China, Liu He sedang berada di Washington untuk melakukan negosiasi tatap muka dengan delegasi AS yang dipimpin oleh Perwakilan Dagang, Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan, Steven Mnuchin.
Hingga akhir pekan berlalu, ternyata tarif tersebut tidak kunjung dihapuskan. Artinya perundingan yang dilakukan sepanjang Kamis-Jumat (9-10/5/2019) belum berhasil menelurkan kesepakatan antara kedua negara.
Reaksi pemerintah China pun agaknya sangat mudah untuk ditebak.
Hari Senin (13/5/2019) China mengumumkan kenaikan tarif untuk produk-produk AS senilai US$ 60 miliar yang akan mulai berlaku bulan Juni mendatang. Sebanyak 5.140 jenis produk akan mengalami kenaikan tarif impor bervariasi, mulai dari 5% hingga 25% mulai 1 Juni 2019, berdasarkan keterangan Menteri Keuangan China, mengutip Reuters.
Dengan begitu babak baru perang dagang telah resmi dimulai. Fenomena saling lempar bea impor seperti yang terjadi pada tahun 2018 pun kembali terjadi. Dampaknya pun bisa jadi akan mirip.
Rantai pasokan global (sekali lagi) akan terhambat. Aktivitas perekonomian global lesu dan menyebabkan perlambatan ekonomi (dari yang sudah lambat).
Bahkan bukan hanya itu, minggu lalu Presiden AS, Donald Trump dikabarkan telah memerintahkan proses peningkatan bea impor sebesar 25% untuk produk China lain yang senilai US$ 325 miliar.
Bila perang tarif impor semakin memanas, masa depan ekonomi global menjadi sangat buram. Risiko koreksi nilai aset menjadi sangat besar, membuat investor enggan masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
Namun setelah penutupan perdagangan, harga emas sedikit terkoreksi. Yah, mau bagaimanapun setelah naik cukup tinggi, potensi koreksi teknikal menjadi amat tinggi. Beberapa investor sudah tergoda untuk mengamankan keuntungan.
Pada perdagangan Selasa (14/5/2019) pukul 09:15 WIB, harga emas COMEX kontrak pengiriman Juni terkoreksi 0,09% menjadi US$ 1.300,6/troy ounce. Sedangkan harga emas di pasar spot turun terbatas 0,01% ke level US$ 1.299,51/troy ounce.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly
Most Popular