AS & China Saling Balas, Straits Times Keok Lagi

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
14 May 2019 08:37
Pada perdagangan hari ini (14/5/2019), Straits Times (STI) dibuka merosot 0,89% ke level 3.205,50
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks bursa saham acuan Singapura kembali dibuka memerah akibat perseteruan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus memanas.

Pada perdagangan hari ini (14/5/2019), Straits Times (STI) dibuka merosot 0,89% ke level 3.205,50, dimana sektor teknologi dan keuangan mengalami koreksi terdalam.

Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 2 mencatatkan kenaikan harga, 25 saham melemah, dan 3 saham tidak mencatatkan perubahan harga.

Kemarin (13/5/2019), Negeri Tirai Bambu memutuskan untuk memberi serangan balasan atas tindakan Presiden AS Donald Trump menaikkan bea impor terhadap barang-barang asal China senilai US$ 200 miliar.

Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Kenaikan tersebut akan berlaku pada tanggal 1 Juni mendatang, dilansir CNBC International.

Produk-produk yang disasar termasuk berbagai hasil pertanian yang menjadi tumpuan banyak warga AS pemilih Trump. Importir asal China akan membayar bea masuk yang lebih tinggi ketika mendatangkan produk agrikultur seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam dan kalkun dari Negeri Paman Sam.

Lebih lanjut, Trump kembali menambah bara di atas api yang sudah berkobar dengan berencana mengadakan sesi dengar pendapat pada 17 Juni mendatang untuk membahas usulan terkait pengenaan bea impor pada produk China senilai US$ 325 miliar, dilansir Reuters.

Padahal sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dirinya belum memutuskan apakah akan memproses rencana tersebut.

Jika tarif masuk akan benar-benar dijatuhkan, ini berarti seluruh produk made in China akan terkena tarif masuk yang sangat tinggi dan menghukum. Hal ini, semakin menjadi pertanda bahwa kesepakatan dagang akan sulit ditekan.

Pasalnya, Negeri Tiongkok berpendapat bahwa jika kedua belah pihak ingin meneken kesepakatan, maka seluruh bea masuk harus dihapuskan.

Aksi sell-off pun terus terjadi, terutama di kawasan Benua Kuning. Hal ini dikarenakan AS dan China merupakan partner dagang terbesar negara-negara Asia. Terlebih lagi, Singapura akan semakin sulit mempertahankan posisinya sebagai international-hub karena arus barang akan terbatas.

Pada hari ini, tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Bursa Singapura Pagi Ini Dibuka di Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular