
China Balas AS, Gawat! Nasib IHSG Makin Tak Tentu
Monica Wareza, CNBC Indonesia
14 May 2019 08:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini sepenuhnya akan dipengaruhi oleh balasan penerapan tarif yang diterapkan China atas Amerika Serikat. Kemarin, China mengumumkan akan menaikkan tarif senilai US$ 60 miliar sebagai balasan atas kebijakan Trump.
Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan akibat perseteruan ini indeks S&P 500 turun terbanyak dalam kurun waktu 4 bulan, dan Nasdaq Composite justru mengalami penurunan terparah tahun ini.
Sekuritas ini menilai hal ini akan berimbas khususnya kepada Emerging Market hari ini. Hal ini membuat situasi dan kondisi perang dagang mencapai titik dimana ada rasa pesimis yang lebih besar ketimbang optimisnya seperti beberapa minggu lalu dalam pertemuan yang terjadi antara China dan Amerika.
Semua akan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, dan tentu imbasnya adalah pertumbuhan ekonomi global yang semakin bias.
Di tengah perang dagang antara China dan amerika, Uni Eropa juga sedang berusaha untuk menyelesaikan daftar barang Amerika yang akan dikenakan apabila Trump memberlakukan pungutan terhadap impor mobil dari Uni Eropa. Situasi akan bertambah panas, karena tidak hanya China saja yang beraksi.
Pasar dalam negeri mencermati pergerakan rupiah yang terus melemah selama 2 minggu terakhir. Kekhawatiran pasar kali ini terkait pelemahan rupiah yang dinilai dapat berdampak pada perekonomian riil sektor, terlebih perusahaan yang masih bergantung pada bahan baku impor.
Namun hal yang berbeda kali ini adalah neraca perdagangan pada Q1 2019 yang masih membukukan surplus, hal yang berbeda dari momentum pada tahun lalu dimana terdepresiasinya rupiah diikuti dengan defisitnya neraca perdagangan. Hal tersebut tentunya memberikan kecemasan terhadap iklim investasi dalam negeri.
Momentum pembagian dividen dan pemberian kupon obligasi dinilai mempengaruhi stabilitas pergerakan rupiah dimana saat ini iklim politik dalam negeri dan luar negeri juga sedang dalam tekanan. Sehingga momentum tersebut memacu aksi investor untuk melindungi nilai investasinya.
Tampaknya para pelaku pasar dan investor saat ini juga memilih untuk wait and ditengah gejolak yang masih cukup besar, baik gejolak dari global maupun lokal.
Dari segi teknikal, Panin Sekuritas menilai IHSG gagal mempertahankan rebound yang terjadi sejak pembukaan perdagangan kemarin.
Sentimen utama perang dagang, namun ditambah parah oleh penjualan asing yang bertambah. Kemarin asing mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp 694,60 miliar. Akibatnya, IHSG akan lebih menurun lagi hari ini.
Dengan demikian, indeks hari ini diperkirakan masih akan mengalami pelemahan dan diperdagangkan di range support 6.100 dan resisten di 6.200.
Head of Research Ritel MNC Sekuritas Edwin Sebanyang dalam riset mengatakan koreksi yang terjadi di bursa Asia pagi ini merupakan dampak dari serangan balasan yang dilakukan China terhadap AS.
"Merujuk kondisi di atas sudah bisa diperkirakan bagaimana dampaknya terhadap IHSG, akanĀ ikut turun dalam perdagangan Selasa ini," kata Edwin dalam risetnya.
Edwin menambahkan, aksi saling balas antara AS dan China diperkirakan akan berlangsung cukup panjang, alot dan berpotensi memunculkan krisis ekonomi global baru. Untuk itu strategi pemilihan sektor dan saham sangat penting sekali dilakukan untuk menghadapi situasi seperti ini.
Untuk perdagangan hari ini, Edwin merekomendasikan, investor untuk fokus di sektor konsumer, ritel dan berbasis Ekspor.
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan akibat perseteruan ini indeks S&P 500 turun terbanyak dalam kurun waktu 4 bulan, dan Nasdaq Composite justru mengalami penurunan terparah tahun ini.
Sekuritas ini menilai hal ini akan berimbas khususnya kepada Emerging Market hari ini. Hal ini membuat situasi dan kondisi perang dagang mencapai titik dimana ada rasa pesimis yang lebih besar ketimbang optimisnya seperti beberapa minggu lalu dalam pertemuan yang terjadi antara China dan Amerika.
Semua akan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini, dan tentu imbasnya adalah pertumbuhan ekonomi global yang semakin bias.
Pasar dalam negeri mencermati pergerakan rupiah yang terus melemah selama 2 minggu terakhir. Kekhawatiran pasar kali ini terkait pelemahan rupiah yang dinilai dapat berdampak pada perekonomian riil sektor, terlebih perusahaan yang masih bergantung pada bahan baku impor.
Namun hal yang berbeda kali ini adalah neraca perdagangan pada Q1 2019 yang masih membukukan surplus, hal yang berbeda dari momentum pada tahun lalu dimana terdepresiasinya rupiah diikuti dengan defisitnya neraca perdagangan. Hal tersebut tentunya memberikan kecemasan terhadap iklim investasi dalam negeri.
Momentum pembagian dividen dan pemberian kupon obligasi dinilai mempengaruhi stabilitas pergerakan rupiah dimana saat ini iklim politik dalam negeri dan luar negeri juga sedang dalam tekanan. Sehingga momentum tersebut memacu aksi investor untuk melindungi nilai investasinya.
Tampaknya para pelaku pasar dan investor saat ini juga memilih untuk wait and ditengah gejolak yang masih cukup besar, baik gejolak dari global maupun lokal.
Dari segi teknikal, Panin Sekuritas menilai IHSG gagal mempertahankan rebound yang terjadi sejak pembukaan perdagangan kemarin.
Sentimen utama perang dagang, namun ditambah parah oleh penjualan asing yang bertambah. Kemarin asing mencatatkan jual bersih (net sell) senilai Rp 694,60 miliar. Akibatnya, IHSG akan lebih menurun lagi hari ini.
Dengan demikian, indeks hari ini diperkirakan masih akan mengalami pelemahan dan diperdagangkan di range support 6.100 dan resisten di 6.200.
Head of Research Ritel MNC Sekuritas Edwin Sebanyang dalam riset mengatakan koreksi yang terjadi di bursa Asia pagi ini merupakan dampak dari serangan balasan yang dilakukan China terhadap AS.
"Merujuk kondisi di atas sudah bisa diperkirakan bagaimana dampaknya terhadap IHSG, akanĀ ikut turun dalam perdagangan Selasa ini," kata Edwin dalam risetnya.
Edwin menambahkan, aksi saling balas antara AS dan China diperkirakan akan berlangsung cukup panjang, alot dan berpotensi memunculkan krisis ekonomi global baru. Untuk itu strategi pemilihan sektor dan saham sangat penting sekali dilakukan untuk menghadapi situasi seperti ini.
Untuk perdagangan hari ini, Edwin merekomendasikan, investor untuk fokus di sektor konsumer, ritel dan berbasis Ekspor.
(hps/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular