Dahsyat! Bursa Asia Merah Membara, IHSG Berjaya di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 May 2019 09:45
Dahsyat! Bursa Asia Merah Membara, IHSG Berjaya di Zona Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,26% ke level 6.225,4. Pada pukul 09:28 WB, penguatan IHSG telah bertambah lebar menjadi 0,42% ke level 6.235,02.

IHSG menghijau kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan melemah: indeks Nikkei jatuh 0,48%, indeks Shanghai melemah 0,75%, indeks Straits Times ambruk 1,05%, dan indeks Kospi terpangkas 0,85%. Sementara itu, perdagangan di bursa saham Hong Kong diliburkan seiring dengan peringatan hari kelahiran Buddha.

Negosiasi dagang AS-China yang tak berbuah manis membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Sebagai informasi, pada hari Kamis dan Jumat pekan lalu (9-10 Mei) delegasi China menyambangi delegasi AS di Washington untuk mencoba mengakhiri perang dagang yang sudah berlangsung nyaris 1 tahun.

Dalam negosiasi kali ini, delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.

Kedua negara kemudian mengakhiri negosiasi selama 2 hari tersebut tanpa menandatangani kesepakatan dagang. Liu He menyebut bahwa ada 3 perbedaan mendasar yang membuat kesepakatan dagang belum bisa diteken.

Seperti dilansir dari Reuters, salah satu perbedaan yang dimaksud adalah terkait dengan pengenaan bea masuk. China berpendapat bahwa jika kedua belah pihak ingin meneken kesepakatan, maka seluruh bea masuk harus dihapuskan.

Perbedaan kedua adalah terkait dengan volume pembelian barang-barang AS oleh China, sementara yang ketiga adalah terkait dengan bahasa yang akan digunakan dalam teks kesepakatan dagang kedua negara.

"Setiap negara memiliki martabatnya sendiri, jadi teksnya harus berimbang," papar Liu He, dilansir dari Reuters.

Bukannya mendingin, perang dagang kedua negara bahkan menjadi memanas. Di tengah-tengah negosiasi yang digelar, AS secara resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%.

Lebih lanjut, Trump diketahui sudah memerintahkan Lighthizer untuk memulai proses guna mengenakan bea masuk senilai 25% bagi produk impor asal China senilai US$ 325 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.

Pihak Beijing pun tak tinggal diam. Dalam sebuah rekaman video, Liu He mengatakan kepada beberapa reporter asal China bahwa pihaknya secara tegas menolak kenaikan bea masuk yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan kemarin dan pihaknya tak punya pilihan lain selain membalas, dilansir dari Reuters.

Kala 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia terus-menerus saling menaikkan bea masuk, arus perdagangan di seluruh dunia akan ikut terganggu, yang pada akhirnya akan menekan laju perekonomian dunia. Koreksi IHSG yang sudah cukup dalam membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli di bursa saham tanah air. Apalagi, IHSG kini berada di kisaran level terendahnya sepanjang tahun 2019. Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok 1,75%.

Selain itu, negosiasi dagang AS-China pada pekan lalu tak sepenuhnya menyisakan cerita negatif. Walaupun berakhir tanpa kesepakatan, Trump dan Mnuchin menyebutkan bahwa negosiasi dagang antara AS dan China berakhir 'konstruktif'. Dari pihak China, Wakil Perdana Menteri Liu He meyebut bahwa negosiasi berlangsung “cukup baik”, menurut berbagai laporan yang dilansir dari CNBC International.

Lebih lanjut, Trump mengungkapkan secara gamblang bawa negosiasi akan tetap berlanjut dan bea masuk yang dibebankan terhadap produk impor asal China bisa saja dicabut.

“Dalam 2 hari terakhir, AS dan China telah mengadakan negosiasi yang tulus dan konstruktif terkait dengan hubungan dagang kedua negara. Hubungan antara Presiden Xi dan saya tetaplah sangat kuat dan negosiasi akan berlanjut di masa depan. Sementara itu, AS telah mengenakan bea masuk baru kepada China, yang mungkin akan dicabut tergantung dari hasil negosiasi di masa depan!” cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump pada tanggal 10 Mei.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada hari Minggu (12/5/2019), Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebutkan bahwa Trump dan Presiden China Xi Jinping kemungkinan akan bertemu di sela-sela pertemuan G20 pada bulan Juni mendatang di Jepang.

"Saya akan mengatakan ini: ada pertemuan G20 di Jepang akhir Juni mendatang dan peluang bahwa Presiden Trump dan Presiden Xi akan bertemu di pertemuan itu cukup baik,” kata Kudlow dalam wawancaranya dengan Fox News, dilansir dari CNBC International.

Perkembangan ini sedikit-banyak membangkitkan hasrat investor untuk masuk ke bursa saham Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Tutup Akhir Pekan di Zona Merah, Pergerakan IHSG Flat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular