
Tekanan di Pasar Obligasi Reda, Koreksi Diprediksi Tak Lama
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 May 2019 19:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi hari ini meskipun tekanannya mulai mereda.
Redanya tekanan jual pada pasar obligasi terjadi setelah bank sentral menggelar operasi pasar kemarin dalam menghadapi derasnya arus keluar dari pasar surat utang pemerintah, terutama dari investor asing.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,9 basis poin (bps) menjadi 7,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto, Fixed Income Analyst PT Mandiri Sekuritas, menilai koreksi yang sudah terjadi selama 13 hari terakhir membuat selisih SUN tenor acuan 10 tahun dengan US Treasury tenor serupa sudah lebar dan menarik bagi investor asing.
Hal tersebut memungkinkan saat ini potensi masuknya investor asing masih terbuka jika sentimen negatif global, salah satu yang utama adalah perang dagang, sudah mereda.
Selain itu, potensi keuntungan juga seakan ditawarkan kepada investor lokal yang tidak memiliki risiko valas.
Dia juga menilai koreksi harga dan kenaikan yield SUN saat ini tidak berdampak jangka panjang.
"Kami menilai kenaikan yield saat ini sifatnya temporary, karena kalau dari perhitungan fair value yield kami, seharusnya untuk (seri 10 tahun) saat ini masih di kisaran 7,5%," ujarnya.
Yield Obligasi Negara Acuan 9 Mei'19
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,19 poin (0,08%) menjadi 243,05 dari posisi kemarin 243,25. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 558 bps, melebar dari posisi kemarin 554 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,45% dari posisi kemarin 2,48%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,91 triliun SBN, atau 38,32% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 6 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 66,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di Brasil, China, Filipina, Rusia, Singapura, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar bund Jerman, gilt Inggris, dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Redanya tekanan jual pada pasar obligasi terjadi setelah bank sentral menggelar operasi pasar kemarin dalam menghadapi derasnya arus keluar dari pasar surat utang pemerintah, terutama dari investor asing.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,9 basis poin (bps) menjadi 7,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto, Fixed Income Analyst PT Mandiri Sekuritas, menilai koreksi yang sudah terjadi selama 13 hari terakhir membuat selisih SUN tenor acuan 10 tahun dengan US Treasury tenor serupa sudah lebar dan menarik bagi investor asing.
Hal tersebut memungkinkan saat ini potensi masuknya investor asing masih terbuka jika sentimen negatif global, salah satu yang utama adalah perang dagang, sudah mereda.
Selain itu, potensi keuntungan juga seakan ditawarkan kepada investor lokal yang tidak memiliki risiko valas.
Dia juga menilai koreksi harga dan kenaikan yield SUN saat ini tidak berdampak jangka panjang.
"Kami menilai kenaikan yield saat ini sifatnya temporary, karena kalau dari perhitungan fair value yield kami, seharusnya untuk (seri 10 tahun) saat ini masih di kisaran 7,5%," ujarnya.
Yield Obligasi Negara Acuan 9 Mei'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 8 Mei'19 (%) | Yield 9 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 9 Mei'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.529 | 7.548 | 1.90 | 7.5514 |
FR0078 | 10 tahun | 8.026 | 8.043 | 1.70 | 8.0269 |
FR0068 | 15 tahun | 8.503 | 8.509 | 0.60 | 8.5213 |
FR0079 | 20 tahun | 8.599 | 8.61 | 1.10 | 8.5936 |
Avg movement | 1.32 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,19 poin (0,08%) menjadi 243,05 dari posisi kemarin 243,25. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 558 bps, melebar dari posisi kemarin 554 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,45% dari posisi kemarin 2,48%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,91 triliun SBN, atau 38,32% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 6 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 66,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di Brasil, China, Filipina, Rusia, Singapura, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar bund Jerman, gilt Inggris, dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 8 Mei'19 (%) | Yield 9 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.88 | 8.83 | -5.00 |
China | 3.355 | 3.33 | -2.50 |
Jerman | -0.043 | -0.054 | -1.10 |
Perancis | 0.327 | 0.333 | 0.60 |
Inggris | 1.139 | 1.129 | -1.00 |
India | 7.375 | 7.398 | 2.30 |
Jepang | -0.052 | -0.043 | 0.90 |
Malaysia | 3.779 | 3.791 | 1.20 |
Filipina | 5.846 | 5.798 | -4.80 |
Rusia | 8.15 | 8.14 | -1.00 |
Singapura | 2.181 | 2.156 | -2.50 |
Thailand | 2.455 | 2.48 | 2.50 |
Amerika Serikat | 2.483 | 2.455 | -2.80 |
Afrika Selatan | 8.58 | 8.54 | -4.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular