
Euro Selalu Melemah di Mei, Bagaimana Hingga Akhir Bulan?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 May 2019 17:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam 17 tahun terakhir, mata uang euro memiliki kecenderungan melemah di bulan Mei, hal tersebut dilaporkan analis dari Bank MUFG, Derek Halpenny, melansir poundsterlinglive.com
Halpenny mengatakan dalam 17 tahun terakhir euro memiliki kecenderungan melemah lawan dolar Amerika Serikat (AS) di bulan Mei, dan pola tersebut semakin kuat dalam 10 tahun terakhir. Euro melemah di bulan Mei dalam delapan dari sepuluh tahun terakhir, dengan rata-rata penurunan sebesar 1,7%.
Masih menurut Halpenny, performa sebaliknya terjadi di bulan Juni, dalam 19 tahun terakhir memiliki kecenderungan menguat, dan pola tersebut semakin juga semakin jelas dalam 10 tahun terakhir.
Namun pada bulan Mei kali ini diprediksi akan berbeda, euro kemungkinan bisa menguat.
Halpenny mengatakan meski pola pelemahan masih mungkin terjadi, namun euro terlihat sudah berada di level yang rendah, dan berdasarkan data dari Dodd-Frank Option Flow menunjukkan sentimen bullish yang cukup besar.
Euro pada perdagangan hari ini kembali melemah, pada pukul 15:33 WIB diperdagangkan di kisaran US$ 1,1182, dibandingkan dengan penutupan Rabu (8/5/19) di level US$ 1,1190, mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Mata uang 19 negara ini juga berada di dekat level terendah 23 bulan US$ 1,1142 yang disentuh pada 26 April lalu.
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro oleh Komisi Eropa memberikan tekanan bagi euro. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Jerman juga dibabat hingga 0,5% di tahun ini, dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,1%.
Selain itu kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS - China juga membebani sentimen pelaku pasar terhadap euro, perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia tersebut merupakan penyebab utama melambatnya ekonomi di Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Halpenny mengatakan dalam 17 tahun terakhir euro memiliki kecenderungan melemah lawan dolar Amerika Serikat (AS) di bulan Mei, dan pola tersebut semakin kuat dalam 10 tahun terakhir. Euro melemah di bulan Mei dalam delapan dari sepuluh tahun terakhir, dengan rata-rata penurunan sebesar 1,7%.
Masih menurut Halpenny, performa sebaliknya terjadi di bulan Juni, dalam 19 tahun terakhir memiliki kecenderungan menguat, dan pola tersebut semakin juga semakin jelas dalam 10 tahun terakhir.
![]() |
Namun pada bulan Mei kali ini diprediksi akan berbeda, euro kemungkinan bisa menguat.
Halpenny mengatakan meski pola pelemahan masih mungkin terjadi, namun euro terlihat sudah berada di level yang rendah, dan berdasarkan data dari Dodd-Frank Option Flow menunjukkan sentimen bullish yang cukup besar.
Euro pada perdagangan hari ini kembali melemah, pada pukul 15:33 WIB diperdagangkan di kisaran US$ 1,1182, dibandingkan dengan penutupan Rabu (8/5/19) di level US$ 1,1190, mengutip kuotasi MetaTrader 5.
Mata uang 19 negara ini juga berada di dekat level terendah 23 bulan US$ 1,1142 yang disentuh pada 26 April lalu.
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro oleh Komisi Eropa memberikan tekanan bagi euro. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Jerman juga dibabat hingga 0,5% di tahun ini, dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,1%.
Selain itu kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS - China juga membebani sentimen pelaku pasar terhadap euro, perang dagang kedua raksasa ekonomi dunia tersebut merupakan penyebab utama melambatnya ekonomi di Eropa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular