
Investor Galau, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 May 2019 08:34

Sepertinya sentimen eksternal mewarnai gerak rupiah dkk di Asia hari ini. Sentimen itu adalah risiko perang dagang AS-China yang kemungkinan berkobar lagi pekan depan.
Kantor Perwakilan Dagang AS resmi merilis pernyataan bahwa Washington akan menaikkan tarif bea masuk bagi impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 10 Mei. Produk-produk yang bakal terkena kenaikan bea masuk antara lain modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur.
"Wakil Perdana Menteri China akan datang untuk mengupayakan kesepakatan. Kita lihat saja nanti, tetapi saya sangat senang dengan pemberlakuan bea masuk bagi lebih dari US$ 100 miliar impor China," cuit Presiden AS Donald Trump di Twitter.
China pun tidak tinggal diam. Kementerian Perdagangan China melalui siaran tertulis mengumumkan Beijing akan menerapkan kebijakan serupa jika AS menaikkan bea masuk.
"Kami akan mengambil kebijakan pembalasan jika AS memutuskan untuk menaikkan bea masuk pada 10 Mei. Kami sangat menyesalkan keputusan AS, karena friksi dagang tidak menguntungkan kedua negara dan seluruh dunia," tulis pernyataan itu, mengutip Reuters.
Kini kuncinya ada di pertemuan Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin di Washington pada Kamis-Jumat waktu setempat. Jika pertemuan ini gagal mencapai kata sepakat, maka perang tarif bea masuk dipastikan bakal terjadi.
Apa artinya? Api perang dagang AS-China berkobar lagi.
Baca:
Jangan Sampai Perang Dagang Seperti Thanos, Inevitable
Sembari menunggu kabar dari Washington, tampaknya investor memilih wait and see. Pelaku pasar benar-benar menjauh dulu, bahkan dolar AS pun tidak menjadi pilihan.
Pada pukul 08:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,03%. Rasanya investor memang sedang bimbang, belum menentukan ke mana dana akan ditempatkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kantor Perwakilan Dagang AS resmi merilis pernyataan bahwa Washington akan menaikkan tarif bea masuk bagi impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 10 Mei. Produk-produk yang bakal terkena kenaikan bea masuk antara lain modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur.
"Wakil Perdana Menteri China akan datang untuk mengupayakan kesepakatan. Kita lihat saja nanti, tetapi saya sangat senang dengan pemberlakuan bea masuk bagi lebih dari US$ 100 miliar impor China," cuit Presiden AS Donald Trump di Twitter.
"Kami akan mengambil kebijakan pembalasan jika AS memutuskan untuk menaikkan bea masuk pada 10 Mei. Kami sangat menyesalkan keputusan AS, karena friksi dagang tidak menguntungkan kedua negara dan seluruh dunia," tulis pernyataan itu, mengutip Reuters.
Kini kuncinya ada di pertemuan Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin di Washington pada Kamis-Jumat waktu setempat. Jika pertemuan ini gagal mencapai kata sepakat, maka perang tarif bea masuk dipastikan bakal terjadi.
Apa artinya? Api perang dagang AS-China berkobar lagi.
Baca:
Jangan Sampai Perang Dagang Seperti Thanos, Inevitable
Sembari menunggu kabar dari Washington, tampaknya investor memilih wait and see. Pelaku pasar benar-benar menjauh dulu, bahkan dolar AS pun tidak menjadi pilihan.
Pada pukul 08:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,03%. Rasanya investor memang sedang bimbang, belum menentukan ke mana dana akan ditempatkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular