
Pemilu 2019
Ribut Hasil Pilpres, Asing Lepas Saham Hingga Rp 3,4 Triliun!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 May 2019 19:45

Keributan terkait hasil pilpres yang juga direspons negatif oleh rupiah semakin memperbesar intensitas jual yang dilakukan investor asing di pasar saham. Sejak perdagangan pertama selepas pilpres hingga penutupan perdagangan hari ini, rupiah melemah 1,49% di pasar spot melawan dolar AS. Dalam 13 hari perdagangan selepas pilpres, rupiah hanya bisa menguat sebanyak 2 kali, sementara sisanya melemah atau stagnan.
Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, tentu investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs, sehingga wajar jika aksi jual mereka lakukan di bursa saham tanah air.
Selain karena kericuhan terkait hasil pilpres, kinerja rupiah juga sangat dipengaruhi oleh hasil pertemuan The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang diumumkan pada pekan lalu. Sebelumnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa akan ada pernyataan dovish yang diungkapkan The Fed selepas pertemuan kali ini. Namun, hal ini ternyata tak terjadi sama sekali.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Gubernur The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Sebelumnya, kuatnya laju perekonomian AS sudah terbaca dari angka pertumbuhan ekonominya. Pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 belum lama ini diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambah Powell.
Seiring dengan memudarnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, praktis dolar AS menjadi mendapatkan suntikan energi untuk menguat melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/dru)
Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, tentu investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs, sehingga wajar jika aksi jual mereka lakukan di bursa saham tanah air.
Selain karena kericuhan terkait hasil pilpres, kinerja rupiah juga sangat dipengaruhi oleh hasil pertemuan The Federal Reserve selaku bank sentral AS yang diumumkan pada pekan lalu. Sebelumnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa akan ada pernyataan dovish yang diungkapkan The Fed selepas pertemuan kali ini. Namun, hal ini ternyata tak terjadi sama sekali.
Sebelumnya, kuatnya laju perekonomian AS sudah terbaca dari angka pertumbuhan ekonominya. Pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 belum lama ini diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambah Powell.
Seiring dengan memudarnya ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini, praktis dolar AS menjadi mendapatkan suntikan energi untuk menguat melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular