Saham Bank BUKU 4 Babak Belur, IHSG Jatuh 0,43%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 May 2019 16:58
Saham Bank BUKU 4 Babak Belur, IHSG Jatuh 0,43%
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Rabu ini (8/5/2019) dengan koreksi sebesar 0,43% ke level 6.270,2.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan melemah: indeks Nikkei jatuh 1,46%, indeks Shanghai melemah 1,12%, indeks Hang Seng terkoreksi 1,23%, indeks Straits Times turun 0,87%, dan indeks Kospi terpangkas 0,41%.

Perang dagang AS-China yang kian panas sukses memantik aksi jual di bursa saham regional.

Hingga kini, AS masih tetap berencana untuk menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari yang saat ini 10% menjadi 25% pada hari Jumat (10/5/2019).

Dalam waktu dekat, produk impor asal China lainnya senilai US$ 325 miliar yang saat ini bebas bea masuk juga akan dibebankan bea masuk senilai 25%.

Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, China telah mundur dari komitmen-komitmen yang sudah disepakati sebelumnya sehingga AS tak memiliki pilihan lain selain mengambil kebijakan yang keras tersebut.

"Sepanjang pekan lalu kami telah melihat pudarnya komitmen dari China, yang dalam pandangan kami adalah tidak bisa diterima," papar Lighthizer kepada para awak media di Washington, Senin (6/5/2019) waktu setempat.

Saham Bank BUKU 4 Babak Belur Usai Pilpres, IHSG Jatuh 0,43%Foto: Wakil Perdana Menteri China Liu He (tengah) berbicara dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kanan) dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (kiri) di Guesthouse Negara Diaoyutai di Beijing (29/3/2019). (Nicolas Asfouri / Pool via REUTERS)

Walaupun negosiasi dagang AS-China tetap akan digelar di Washington pada hari kamis dan Jumat (9-10 Mei), ternyata pihak China tetap dibuat gerah dengan langkah AS.

Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, China diketahui tengah mempersiapkan bea masuk balasan yang akan dikenakan terhadap produk impor asal AS jika pemerintahan Presiden Donald Trump jadi mengeksekusi rencananya, seperti dilansir dari Bloomberg.

China akan mengenakan bea masuk balasan tersebut dalam selang satu menit pasca-AS memberlakukan bea masuknya, menurut sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.

Belum tereskalasi saja, perang dagang sudah begitu menyakiti perekonomian China. Pada hari ini, ekspor periode April diumumkan terkontraksi sebesar 2,7% secara tahunan, jauh lebih buruk dari konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 2,3%, seperti dilansir dari Trading Economics.

Jika perang dagang benar tereskalasi nantinya, tentu tekanan terhadap perekonomian China akan menjadi semakin besar.


LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Secara sektoral, sektor jasa keuangan yang jatuh 0,57% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.

Sektor jasa keuangan terkoreksi seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank BUKU (bank umum kelompok usaha) 4, atau yang punya modal inti di atas Rp 30 triliun.

Saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 3,64%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 2,23%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,63%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,71%.


Saham-saham bank besar di Tanah Air menjadi sasaran jual investor lantaran kinerja rupiah yang begitu memprihatinkan. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.290/dolar AS.

Sejak perdagangan pertama selepas Pilpres 2019 hingga hari ini, rupiah sudah melemah 1,49% di pasar spot melawan dolar AS. Dalam 13 hari perdagangan selepas Pilpres, rupiah hanya bisa menguat sebanyak 2 kali, sementara sisanya melemah atau stagnan.

Pada hari ini, perang dagang AS-China yang kian panas membuat dolar AS selaku safe haven menjadi buruan investor.

Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, tentu ada kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dari bank-bank besar akan terkerek naik dan menekan profitabilitas mereka.

Apalagi, kinerja keuangan kuartal-I 2019 dari bank-bank BUKU 4 sudah mengecewakan.

Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) BMRI tercatat senilai Rp 14,38 triliun, di bawah konsensus yang dihimpun Refinitiv senilai Rp 14,5 triliun.

NII BBNI adalah senilai Rp 8,86 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 9,63 triliun. Sementara itu, pada kuartal-I 2019 BBRI mencatatkan NII senilai Rp 19,41 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 20,42 triliun.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Investor asing memegang peranan besar dalam membuat IHSG terjebak di zona merah. Per akhir sesi 2, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 688,1 miliar di pasar reguler, menandai jual bersih yang ke-4 secara beruntun.

Sebagai informasi, pada perdagangan hari Jumat (3/5/2019) investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 948,3 miliar di pasar reguler, disusul oleh jual bersih senilai masing-masing Rp 733,2 miliar dan Rp 17,2 miliar pada 2 hari perdagangan setelahnya atau hari Senin (6/5/2019) dan Selasa (7/5/2019).


Pelemahan rupiah menjadi momok utama bagi investor asing. Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual dilakukan di pasar saham tanah air.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing di pasar reguler pada hari ini di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 214,2 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 149,2 miliar), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (Rp 126 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 107,4 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 46,8 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular