
Masih Tak Pede, Asing 4 Hari Tinggalkan Bursa Saham Indonesia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 May 2019 11:02

Perang dagang AS-China yang justru memanas membuat investor asing berlarian keluar dari pasar saham tanah air. Sebagai informasi, pada hari Selasa pekan lalu (30/4/2019) delegasi AS menggelar dialog dagang lanjutan dengan China di Beijing. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
Selepas pertemuan berlangsung, beberapa orang sumber mengatakan kepada CNBC International bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada hari Jumat pekan ini (10/5/2019).
Namun, nampaknya kesepakatan dagang AS-China belum pasti bisa diteken. Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping baru akan memutuskan selepas negosiasi dagang pekan ini di Washington terkait apakah keduanya akan bertemu untuk menyegel kesepakatan dagang.
Pernyataan bernada defensif pun dilontarkan oleh Trump sendiri. Pada hari Jumat waktu setempat, Trump mengatakan bahwa AS akan baik-baik saja walau tanpa kesepakatan dagang dengan China.
“Dan jika itu tidak terjadi (kesepakatan dagang), kami akan baik-baik saja. Mungkin lebih baik,” kata Trump di Gedung Putih pada hari Jumat.
Apa yang ditakutkan pelaku pasar kemudian terjadi. Damai dagang yang sempat terasa kian dekat kini benar menjauh. Pada akhir pekan kemarin, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari yang saat ini 10% menjadi 25% pada hari Jumat ini. Lebih lanjut, produk impor asal China senilai US$ 325 miliar yang saat ini bebas bea masuk dalam waktu dekat akan dibebankan bea masuk senilai 25%.
Trump beralasan bahwa negosiasi dagang dengan China berlangsung begitu lambat lantaran pihak Beijing menginginkan negosiasi ulang terkait dengan poin-poin kesepakatan dagang kedua negara.
"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam kinclongnya data ekonomi kita. Bea masuk senilai 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%....” cuit Trump melalui akun Twitter-nya, @realDonaldTrump.
Memang, perkembangan yang ada tak sepenuhnya negatif. Terlepas dari ancaman Trump tersebut, pihak China mengonfirmasi bahwa delegasinya akan tetap berkunjung ke Washington untuk menggelar dialog dagang pada hari Kamis dan Jumat (9-10 Mei). Wakil Perdana Menteri China Liu He akan ikut dalam rombongan yang mengunjungi AS tersebut.
Namun kini, situasinya menjadi panas lagi. Terlepas dari etikat baik untuk tetap menggelar negosiasi dagang dengan AS, ternyata pihak China tetap dibuat gerah dengan langkah AS. Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, China diketahui tengah mempersiapkan bea masuk balasan yang akan dikenakan terhadap produk impor asal AS jika pemerintahan Presiden Donald Trump jadi mengeksekusi rencananya, seperti dilansir dari Bloomberg.
China akan mengenakan bea masuk balasan tersebut dalam selang satu menit pasca AS memberlakukan bea masuknya, menurut sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.
Jika perang dagang kedua negara benar tereskalasi, tentu laju perekonomian dunia akan semakin tertekan sehingga instrumen berisiko seperti saham kini dilepas oleh investor asing.
Sebagai informasi, belum lama ini International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2019 menjadi 3,3%, dari yang sebelumnya 3,5% pada proyeksi yang dibuat bulan Januari. Sebagai informasi, perekonomian dunia tumbuh hingga 3,6% pada tahun 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Selepas pertemuan berlangsung, beberapa orang sumber mengatakan kepada CNBC International bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada hari Jumat pekan ini (10/5/2019).
Namun, nampaknya kesepakatan dagang AS-China belum pasti bisa diteken. Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping baru akan memutuskan selepas negosiasi dagang pekan ini di Washington terkait apakah keduanya akan bertemu untuk menyegel kesepakatan dagang.
“Dan jika itu tidak terjadi (kesepakatan dagang), kami akan baik-baik saja. Mungkin lebih baik,” kata Trump di Gedung Putih pada hari Jumat.
Apa yang ditakutkan pelaku pasar kemudian terjadi. Damai dagang yang sempat terasa kian dekat kini benar menjauh. Pada akhir pekan kemarin, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari yang saat ini 10% menjadi 25% pada hari Jumat ini. Lebih lanjut, produk impor asal China senilai US$ 325 miliar yang saat ini bebas bea masuk dalam waktu dekat akan dibebankan bea masuk senilai 25%.
Trump beralasan bahwa negosiasi dagang dengan China berlangsung begitu lambat lantaran pihak Beijing menginginkan negosiasi ulang terkait dengan poin-poin kesepakatan dagang kedua negara.
"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam kinclongnya data ekonomi kita. Bea masuk senilai 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%....” cuit Trump melalui akun Twitter-nya, @realDonaldTrump.
Memang, perkembangan yang ada tak sepenuhnya negatif. Terlepas dari ancaman Trump tersebut, pihak China mengonfirmasi bahwa delegasinya akan tetap berkunjung ke Washington untuk menggelar dialog dagang pada hari Kamis dan Jumat (9-10 Mei). Wakil Perdana Menteri China Liu He akan ikut dalam rombongan yang mengunjungi AS tersebut.
Namun kini, situasinya menjadi panas lagi. Terlepas dari etikat baik untuk tetap menggelar negosiasi dagang dengan AS, ternyata pihak China tetap dibuat gerah dengan langkah AS. Menurut sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut, China diketahui tengah mempersiapkan bea masuk balasan yang akan dikenakan terhadap produk impor asal AS jika pemerintahan Presiden Donald Trump jadi mengeksekusi rencananya, seperti dilansir dari Bloomberg.
China akan mengenakan bea masuk balasan tersebut dalam selang satu menit pasca AS memberlakukan bea masuknya, menurut sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.
Jika perang dagang kedua negara benar tereskalasi, tentu laju perekonomian dunia akan semakin tertekan sehingga instrumen berisiko seperti saham kini dilepas oleh investor asing.
Sebagai informasi, belum lama ini International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2019 menjadi 3,3%, dari yang sebelumnya 3,5% pada proyeksi yang dibuat bulan Januari. Sebagai informasi, perekonomian dunia tumbuh hingga 3,6% pada tahun 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular