Pasar Forex Sesi AS, Dolar Kembali Bersinar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2019 21:00
Indeks dolar kembali menguat memasuki perdagangan sesi AS Selasa (7/5/19). Pada pukul 19:53 WIB, indeks dolar berada di kisaran 97,63 atau menguat sekitar 0,12%
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar kembali menguat memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Selasa (7/5/19). Pada pukul 19:53 WIB, indeks dolar berada di kisaran 97,63 atau menguat sekitar 0,12%, melansir data dari Refinitiv.

Status safe haven yang disandang dolar masih menjadi penopang penguatan di saat pasar sedang harap-harap cemas akan hasil perundingan dagang antara AS dengan China di pekan ini.



Meski Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor, tetapi delegasi dari China termasuk Wakil Perdana Menteri Lie He tetap akan datang ke Washington di pekan ini.

Beberapa analis menganggap acaman tersebut merupakan strategi Trump agar China segera menyelesaikan perundingan dagang. Bahkan analis mata uang Comerzbank Esther Reichelt yakin akan ada kesepakatan antara kedua belah pihak.

"Selama negosiasi tetap berlangsung, pasar masih akan tenang... dan pada akhirnya akan ada kesepakatan", kata Esther Reichelt, melansir CNBC International.

Meski demikian pasar forex sepertinya tidak se-tenang itu, dari enam mata uang pembentuk indeks dolar, hanya yen yang berhasil menguat lawan dolar AS. Yen juga merupakan mata uang yang dianggap safe haven, bahkan lebih safe haven dari dolar AS. Sehingga terlihat jelas jika pasar masih mengalihkan investasi mereka ke aset-aset yang dianggap aman.

Selain isu perundingan AS - China, euro yang berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar juga sedang mengalami tekanan akibat proyeksi pertumbuhan ekonomi Jerman. Komisi Eropa memangkas pertumbuhan motor penggerak ekonomi Uni Eropa tersebut menjadi 0,5% di tahun ini, dari proyeksi sebelumnya 1,1%.

Empat mata uang lainnya, poundsterling, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia bernasib sama dengan euro, berada di zona merah, dan isu perang dagang terbaru menjadi penyebabnya.

Indeks dolar dijadikan tolak ukur kekuatan Mata Uang Paman Sam. Jika indeks ini terus menguat maka akan memberikan sentimen negatif ke mata uang lainnya, termasuk ke rupiah pada perdagangan Rabu (8/5/19) besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Investor Antisipasi Isi Pidato Powell, Dolar AS Masih Perkasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular