Euro Akhirnya Jeblok Lagi, Terbebani Proyeksi PDB Jerman

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2019 20:07
Mata uang euro akhirnya kembali melemah pada perdagangan Selasa, setelah sebelumnya sempat bertahan di zona hijau meski data dari Jerman dirilis mengecewakan.
Foto: euro (REUTERS/Heinz-Peter Bader)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro akhirnya kembali melemah pada perdagangan Selasa (7/5/19), setelah sebelumnya sempat bertahan di zona hijau meski data dari Jerman dirilis mengecewakan.

Namun kali ini euro tidak bisa selamat lagi setelah proyeksi pertumbuhan ekonomi Jerman dipangkas. Pada pukul 19:20 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1184 menjauhi level tertinggi harian US$ 1,1217, melansir kuotasi MetaTrader 5.

Badan Statistik Jerman (Destatis) pada pukul 13:00 WIB lalu melaporkan data pesanan pabrik pada bulan April naik sebesar 0,6% dari bulan sebelumnya yang turun 4,0%. Meski demikian kenaikan tersebut masih belum sebagus prediksi di Forex Factory sebesar 1,6%.

Komisi Eropa pada pukul 18:50 WIB merilis proyeksi ekonomi Uni Eropa, dengan Jerman yang paling menjadi sorotan. Sebagai motor penggerak ekonomi Uni Eropa, pertumbuhan ekonomi Jerman di tahun ini dipangkas menjadi hanya 0,5%, jauh dibandingkan proyeksi 1,1% yang diberikan pada bulan Februari lalu.

Kurs euro langsung jeblok pasca rilis dari Komisi Eropa tersebut. Perang dagang Amerika Serikat (AS) - China dikatakan menjadi penyebab penurunan proyeksi tersebut. Perekonomian Jerman ditopang oleh sektor manufaktur dan ekspor, akibat adanya perang dagang ekspor dari Negeri Panzer itu menjadi terhambat.

Memanasnya hubungan AS-China dalam beberapa hari terakhir tentunya menimbulkan kecemasan bagi para pelaku pasar. Jika gagal tercapai kesepakatan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut di pekan ini, kemungkinan akan ada perang dagang yang lebih buruk.

Presiden AS telah mengancam akan menaikkan tarif impor barang dari China melalui Twitter pada Minggu (5/5/19) lalu.

Euro Akhirnya Jeblok Lagi, Terbebani Proyeksi PDB Jerman Foto: Twit ancaman Trump soal kenaikan bea impor terhadap barang China, Minggu (5/5/2019). (Foto: Twitter)


"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat," cuitnya.

Jika hal tersebut benar terjadi, dan juga dibalas oleh China perekonomian global kembali akan terkena dampaknya. Dan tidak menutup kemungkinan Eropa akan mengalami resesi seperti yang ditakutkan sebelumnya. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular