
Baru Berumur 11 Bulan, Mahata Kok Dapat Kontrak Rp 3,46 T
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 May 2019 18:55

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menjelaskan memilih PT Mahaka Aero Technology (MAT) karena pengalaman perusahaan tersebut yang punya link internasional dengan Lufthansa dan Inmarsat. Padahal MAT terhitung starup yang baru berumur 11 bulan.
Atas hal tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) atau otoritas bursa mempertanyakan hal tersebut dan mempersoalkan track record perusahaan ini. Bursa menilai kinerja keuangan perusahaan belum memiliki track record yang kuat.
Namun GIAA berdalih bahwa, MAT pasti memiliki performa keuangan yang baik karena telah memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan internasional termasuk Lufthansa system, Lufthansa Tecnic dan Inmarsat.
Lebih lanjut, meski MAT adalah perusahaan startup di Indonesia, tapi merupakan bagian dari Global Mahata Group yang memiliki 10 ribu karyawan dengan cakupan bisnis, pertambangan timah, inflight connectivity dan tenaga keamanan.
Lalu, Global Mahata Group dikatakan juga memiliki nilai bisnis sebesar US$ 640 juta atau setara Rp 9,08 triliun (kurs Rp 14.200/US$).
Namun, informasi yang disampaikan GIAA terkait Global Mahata Group patut dipertanyakan. Hal ini dikarenakan, informasi publik terkait Global Mahata Group sendiri sulit ditemukan. Jika memang Global Mahata Group adalah perusahaan besar, tentunya mudah untuk mencari informasi terkait perusahaan hanya dengan menulis namanya saja.
Namun, penelusuran TIM RISET CNBC Indonesia gagal menemukan informasi terkait perusahaan tersebut. Dari gambar di atas nampak jelas bahwa pada halaman awal Google tidak ditemukan website atau informasi yang langsung mengarah pada Global Mahata Group.
Sebelumnya, Garuda Indonesia telah memberikan tanggapan atas permintaan penjelasan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait kejanggalan transaksi hak layanan konektivitas antara perusahaan dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT).
Terdapat 10 poin penjelasan yang disampaikan Mahata. Salah satunya penjelasan atas pertanyaan otoritas bursa terkait pembayaran atas kontrak senilai US$ 241,94 juta atau Rp 3,46 triliun yang berdurasi 15 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Atas hal tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) atau otoritas bursa mempertanyakan hal tersebut dan mempersoalkan track record perusahaan ini. Bursa menilai kinerja keuangan perusahaan belum memiliki track record yang kuat.
Namun GIAA berdalih bahwa, MAT pasti memiliki performa keuangan yang baik karena telah memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan internasional termasuk Lufthansa system, Lufthansa Tecnic dan Inmarsat.
Lebih lanjut, meski MAT adalah perusahaan startup di Indonesia, tapi merupakan bagian dari Global Mahata Group yang memiliki 10 ribu karyawan dengan cakupan bisnis, pertambangan timah, inflight connectivity dan tenaga keamanan.
Namun, informasi yang disampaikan GIAA terkait Global Mahata Group patut dipertanyakan. Hal ini dikarenakan, informasi publik terkait Global Mahata Group sendiri sulit ditemukan. Jika memang Global Mahata Group adalah perusahaan besar, tentunya mudah untuk mencari informasi terkait perusahaan hanya dengan menulis namanya saja.
Namun, penelusuran TIM RISET CNBC Indonesia gagal menemukan informasi terkait perusahaan tersebut. Dari gambar di atas nampak jelas bahwa pada halaman awal Google tidak ditemukan website atau informasi yang langsung mengarah pada Global Mahata Group.
Sebelumnya, Garuda Indonesia telah memberikan tanggapan atas permintaan penjelasan Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait kejanggalan transaksi hak layanan konektivitas antara perusahaan dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT).
Terdapat 10 poin penjelasan yang disampaikan Mahata. Salah satunya penjelasan atas pertanyaan otoritas bursa terkait pembayaran atas kontrak senilai US$ 241,94 juta atau Rp 3,46 triliun yang berdurasi 15 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Garuda Indonesia (GIAA) Mau Tambah 8 Pesawat, Keluarkan Kocek Segini
Most Popular