
Pertumbuhan PDB Q1-2019 Terhambat Sektor Riil yang Melambat
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
06 May 2019 15:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2019 dibacakan sebesar 5,07% secara year on year (YoY). Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, dalam konferensi pers hari Senin (6/5/2019).
Angka yang mencerminkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut masih lebih rendah dibanding prediksi konsensus yang sebesar 5,19%. Selain itu juga merupakan pertumbuhan ekonomi kuartalan yang paling rendah sejak kuartal I-2018.
Berdasarkan struktur pengeluaran, PDB Indonesia sebagian besar masih disumbang oleh Konsumsi Rumah Tangga (KRT) yaitu mencapai 56,82%.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menduduki peringkat dua dengan adil sebesar 32,17% terhadap PDB.
Selanjutnya ada pula bagian Net-Ekspor (ekspor-impor), Konsumsi Pemerintah, dan Konsumsi Lembaga Non Profit Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan andil yang lebih kecil.
Sektor KRT kali ini mampu tumbuh sebesar 5,01% YoY. Meski demikian peningkatan pertumbuhan KRT pada kuartal I-2019 tampaknya masih agak terbatas, sebab pada kuartal I-2018 juga sudah mampu tumbuh sebesar 4,94%.
Konsumsi masyarakat didukung oleh penjualan eceran yang tumbuh 8,1%YoY, jauh menguat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 0,7%. Penguatan terjadi pada penjualan makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, dan barang lainnya.
Selain itu nilai penjualan listrik PLN ke rumah tangga tumbuh 7,24% YoY, yang mana juga menguat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 7,01%.
Akan tetapi, pertumbuhan PMTB di kuartal I-2019 yang sebesar 5,03% YoY ternyata jauh lebih lambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 7,94% YoY.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh realisasi investasi total di sektor riil kuartal I-2019 yang hanya mampu tumbuh 5,3% YoY, jauh melambat dibanding kuartal I-2018 yang mampu tumbuh 11,8%.
Bahkan penanaman modal asing (PMA), yang dapat menambah arus modal ke dalam negeri terkontraksi hingga 0,9% YoY pada kuartal I-2019. Padahal pada tahun sebelumnya PMA masih bisa tumbuh sebesar 12,3% YoY.
Salah satu penyebab realisasi investasi agak lesu adalah Pemilihan Umum (Pemilu) yang diadakan pada bulan April 2019.
Tentu saja dengan adanya pemilu, investor cenderung menahan gairah investasi di tanah air. Sebab apabila kepemimpinan Indonesia berpindah tangan, maka arah kebijakan juga berpotensi berbalik arah.
Mengingat ketidakpastian adalah musuh utama investor maka aliran dana investasi sektor riil juga melambat. Akibatnya pertumbuhan barang-barang modal menjadi tak dapat mendongkrak kinerja perekonomian Indonesia.
Hampir semua subsektor PMTB, seperti bangunan, mesin, kendaraan, dan peralatan lainnya tumbuh melambat pada kuartal I-2019 ketimbang tahun sebelumnya.
Bahkan pertumbuhan kendaraan tercatat negatif alias terkontraksi hingga 7,37% YoY saat tahun lalu masih tumbuh sebesar 14,37%.
Hanya barang modal jenis CBR (sumber daya hayati) saja yang mampu tumbuh lebih kencang, yaitu sebesar 9,32% YoY dibanding kontraksi 0,47% pada kuartal I-2018.
Namun, menurut Suhariyanto, hal tersebut didorong oleh peningkatan impor sapi dan ayam sebesar 25,43% YoY serta penambahan nilai tanam perkebunan sawit dan karet sebesar 5,03% YoY.
Sementara itu, komponen LNPRT tumbuh hingga 16,93% YoY, jauh lebih pesat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 8,10%. Penyebab utamanya adalah aktivitas kampanye dalam rangkaian Pemilu 2019 yang berskala nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Sasar Investasi Rp 792 T di 2019, BKPM Andalkan E-commerce
Angka yang mencerminkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut masih lebih rendah dibanding prediksi konsensus yang sebesar 5,19%. Selain itu juga merupakan pertumbuhan ekonomi kuartalan yang paling rendah sejak kuartal I-2018.
Berdasarkan struktur pengeluaran, PDB Indonesia sebagian besar masih disumbang oleh Konsumsi Rumah Tangga (KRT) yaitu mencapai 56,82%.
Selanjutnya ada pula bagian Net-Ekspor (ekspor-impor), Konsumsi Pemerintah, dan Konsumsi Lembaga Non Profit Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan andil yang lebih kecil.
![]() |
Sektor KRT kali ini mampu tumbuh sebesar 5,01% YoY. Meski demikian peningkatan pertumbuhan KRT pada kuartal I-2019 tampaknya masih agak terbatas, sebab pada kuartal I-2018 juga sudah mampu tumbuh sebesar 4,94%.
Konsumsi masyarakat didukung oleh penjualan eceran yang tumbuh 8,1%YoY, jauh menguat dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 0,7%. Penguatan terjadi pada penjualan makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, dan barang lainnya.
Selain itu nilai penjualan listrik PLN ke rumah tangga tumbuh 7,24% YoY, yang mana juga menguat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 7,01%.
![]() |
Akan tetapi, pertumbuhan PMTB di kuartal I-2019 yang sebesar 5,03% YoY ternyata jauh lebih lambat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 7,94% YoY.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh realisasi investasi total di sektor riil kuartal I-2019 yang hanya mampu tumbuh 5,3% YoY, jauh melambat dibanding kuartal I-2018 yang mampu tumbuh 11,8%.
Bahkan penanaman modal asing (PMA), yang dapat menambah arus modal ke dalam negeri terkontraksi hingga 0,9% YoY pada kuartal I-2019. Padahal pada tahun sebelumnya PMA masih bisa tumbuh sebesar 12,3% YoY.
![]() |
Salah satu penyebab realisasi investasi agak lesu adalah Pemilihan Umum (Pemilu) yang diadakan pada bulan April 2019.
Tentu saja dengan adanya pemilu, investor cenderung menahan gairah investasi di tanah air. Sebab apabila kepemimpinan Indonesia berpindah tangan, maka arah kebijakan juga berpotensi berbalik arah.
Mengingat ketidakpastian adalah musuh utama investor maka aliran dana investasi sektor riil juga melambat. Akibatnya pertumbuhan barang-barang modal menjadi tak dapat mendongkrak kinerja perekonomian Indonesia.
Hampir semua subsektor PMTB, seperti bangunan, mesin, kendaraan, dan peralatan lainnya tumbuh melambat pada kuartal I-2019 ketimbang tahun sebelumnya.
Bahkan pertumbuhan kendaraan tercatat negatif alias terkontraksi hingga 7,37% YoY saat tahun lalu masih tumbuh sebesar 14,37%.
Hanya barang modal jenis CBR (sumber daya hayati) saja yang mampu tumbuh lebih kencang, yaitu sebesar 9,32% YoY dibanding kontraksi 0,47% pada kuartal I-2018.
Namun, menurut Suhariyanto, hal tersebut didorong oleh peningkatan impor sapi dan ayam sebesar 25,43% YoY serta penambahan nilai tanam perkebunan sawit dan karet sebesar 5,03% YoY.
Sementara itu, komponen LNPRT tumbuh hingga 16,93% YoY, jauh lebih pesat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 8,10%. Penyebab utamanya adalah aktivitas kampanye dalam rangkaian Pemilu 2019 yang berskala nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Sasar Investasi Rp 792 T di 2019, BKPM Andalkan E-commerce
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular