
Digilas Luar-Dalam, IHSG Jatuh 3 Hari Beruntun!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 May 2019 12:45

Dari dalam negeri, tekanan bagi IHSG datang dari rilis angka pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan.
Sekitar 1 jam menjelang perdagangan sesi 1 ditutup, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal-I 2019, sedikit lebih tinggi dibandingkan capaian kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY.
Namun tetap saja, pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.
Kondisi ini begitu berbeda, padahal sebelumnya gelaran Pemilihan Umum pada 17 April lalu, momen pemilu ini diproyeksikan akan mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi. Namun, ternyata tak terjadi.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2019 kami berada di level 5,16%, utamanya karena lemahnya pertumbuhan investasi berhasil diminimalisir oleh kencangnya pertumbuhan konsumsi, seiring dengan belanja terkait pemilihan umum," papar ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro dalam email yang diterima CNBC Indonesia.
Senada dengan Satria, hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom Moody's Analytics, Katrina Ell.
"Konsumsi rumah tangga telah diuntungkan oleh stabilnya harga energi dan perputaran uang yang lebih tinggi menjelang pemilihan umum pada bulan April," papar Katrina dalam email-nya.
Laju pertumbuhan ekonomi yang kurang oke, apalagi jika berlanjut ke kuartal-II yang seharusnya menjadi puncak konsumsi masyarakat lantaran kehadiran bulan Ramadan, tentu juga akan menekan kinerja keuangan dari emiten-emiten di BEI.
Ditambah dengan eskalasi perang dagang AS-China, perekonomian Indonesia di kuartal-II 2019 dipastikan akan penuh dengan tantangan.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
(ank/tas)
Sekitar 1 jam menjelang perdagangan sesi 1 ditutup, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh 5,07% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal-I 2019, sedikit lebih tinggi dibandingkan capaian kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY.
Namun tetap saja, pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2019 kami berada di level 5,16%, utamanya karena lemahnya pertumbuhan investasi berhasil diminimalisir oleh kencangnya pertumbuhan konsumsi, seiring dengan belanja terkait pemilihan umum," papar ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro dalam email yang diterima CNBC Indonesia.
Senada dengan Satria, hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom Moody's Analytics, Katrina Ell.
"Konsumsi rumah tangga telah diuntungkan oleh stabilnya harga energi dan perputaran uang yang lebih tinggi menjelang pemilihan umum pada bulan April," papar Katrina dalam email-nya.
Laju pertumbuhan ekonomi yang kurang oke, apalagi jika berlanjut ke kuartal-II yang seharusnya menjadi puncak konsumsi masyarakat lantaran kehadiran bulan Ramadan, tentu juga akan menekan kinerja keuangan dari emiten-emiten di BEI.
Ditambah dengan eskalasi perang dagang AS-China, perekonomian Indonesia di kuartal-II 2019 dipastikan akan penuh dengan tantangan.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
(ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular