Pertumbuhan Ekonomi Buat 'Penonton' Kecewa, Rupiah Pun Merana

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 May 2019 11:38
Pertumbuhan Ekonomi Buat 'Penonton' Kecewa, Rupiah Pun Merana
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sentimen domestik tidak membantu rupiah. 

Pada Senin (6/5/2019) pukul 11:09 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.325. Rupiah melemah 0,53% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu dan menyentuh titik terlemah sejak 3 Januari.



 



Nasib rupiah tidak membaik setelah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional periode Januari-Maret sebesar 5,07% year-on-year (YoY). Laju paling lemah sejak kuartal I-2018. 

 



Angka tersebut lumayan jauh dibandingkan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan 5,19% sementara konsensus Reuters berada di 5,18%. 

'Penonton' pun kecewa karena tidak mendapat hasil sesuai harapan. Akibatnya, rupiah tidak punya dorongan untuk memperbaiki nasib dan hanyut dalam gelombang depresiasi mata uang Asia. 

Ya, hari ini hampir seluruh mata uang Benua Kuning melemah di hadapan dolar AS. Hanya yen Jepang yang mampu menguat, sisanya tidak selamat. 

Yuan China menjadi mata uang terlemah di Asia. Disusul oleh won Korea Selatan dan rupiah berada di posisi ketiga terbawah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 11:27 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Bermain aman adalah tema besar di pasar keuangan Asia hari ini. Investor dibuat cemas karena perang dagang AS-China siap kembali bergelora gara-gara cuitan Presiden AS Donald Trump. 

"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter. 


Apabila Trump jadi mengeksekusi kenaikan bea masuk, maka kemungkinan besar China akan membalas dengan kebijakan yang sama. Damai dagang yang sampai pekan lalu terasa begitu dekat kini kembali menjauh. 

Sentimen ini membuat pelaku pasar lagi-lagi memilih dolar AS (dan instrumen aman lainnya seperti yen Jepang) sebagai pelarian. Pada pukul 11:29 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,01%. Dalam tiga bulan terakhir, indeks ini melesat dengan penguatan 1,75%.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular