Maju-mundur Damai Dagang, Bursa Saham Asia Terpeleset

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2019 17:35
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan hari ini di zona merah.
Foto: Seorang pedagang mata uang bekerja di dekat layar yang menunjukkan nilai tukar mata uang asing di ruang transaksi pertukaran mata uang asing di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 7 Februari 2019. Foto AP / Lee Jin-man
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri perdagangan Jumat akhir pekan ini (3/5/2019) di zona merah.

Indeks Straits Times melemah 0,03% dan indeks Kospi jatuh 0,74%, sementara indeks Hang Seng naik sendirian, 0,46%. Adapun perdagangan di bursa saham Jepang dan China diliburkan pada hari ini terkait perayaan penobatan kaisar selama 10 hari hingga 6 Mei besok.

Kekecewaan melingkupi investor berkaitan dengan penantian diumumkannya kesepakatan damai dagang AS-China pada Jumat pekan depan. Sentimen tersebut menjadi faktor yang melandasi aksi jual di bursa saham kawasan Asia.

Pada hari Selasa (30/4/2019), delegasi AS menggelar dialog dagang lanjutan dengan China di Beijing. Delegasi AS dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.

Damai Dagang Tak Jadi Diumumkan, Bursa Saham Asia TerpelesetFoto: Wakil Perdana Menteri China Liu He (kiri) bersama Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kanan) dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (tengah) di Guesthouse Negara Bagian Diaoyutai di Beijing (29/3/2019). (Nicolas Asfouri / Pool via REUTERS)

Selepas pertemuan berlangsung, beberapa orang sumber mengatakan kepada CNBC International bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada Jumat depan.

Selain itu, kantor berita Politico melaporkan bahwa kesepakatan dagang AS-China akan membuat AS mencabut bea masuk sebesar 10% yang dibebankan kepada US$ 200 miliar produk impor asal China.


Sementara itu, bea masuk senilai 25% terhadap produk impor asal Negeri Panda senilai US$ 50 miliar akan tetap dipertahankan hingga selepas pemilihan presiden tahun 2020.

Namun, optimisme bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa segera diumumkan sebelum Jumat depan kini sirna.

Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan memutuskan selepas negosiasi dagang pekan depan di Washington terkait apakah keduanya akan bertemu untuk menyegel kesepakatan dagang.

Bahkan, kantor media milik Partai Komunis China menulis di kolom analisis bahwa banyak pengamat yang berpikir negosiasi dagang AS-China sudah menemui jalan buntu, seiring dengan sedikitnya detail yang sampai ke telinga media terkait dengan pertemuan pekan ini.

Lantas, ada kemungkinan bahwa damai dagang AS-China justru tak akan tercapai jika sampai Jumat pekan depan belum ada kejelasan. Kalau itu yang terjadi, maka balas-membalas bea masuk antar kedua negara akan semakin tereskalasi dan semakin menyakiti laju perekonomian masing-masing.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Investor Tunggu Inflasi AS & Risalah The Fed, Bursa Saham Asia Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular