
Iklan Anjlok, Induk Media Bakrie Q1-2019 Rugi Rp 90,45 M
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
03 May 2019 11:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapor merah PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) kembali berlanjut pada kuartal pertama tahun ini.
Pada tiga bulan pertama tahun ini VIVA kembali merugi Rp 90,45 miliar. Namun jumlah kerugian tersebut lebih kecil 9,59% secara tahunan (YoY) dibandingkan kerugian pada kuartal I-2018 yang sebesar Rp 100,04 miliar.
Meski nilai kerugian yang dibukukan turun, tampaknya kinerja perseroan belum pulih dari tahun lalu yang membukukan rugi bersih Rp 1,01 triliun.
Momok kinerja perusahaan yang kurang memuaskan ini, sedikit berbeda dengan penyebab kerugian di kuartal I-2018.
Pada kuartal I tahun ini perusahaan mencatatkan rapor merah karena anjloknya pendapatan dan masih tingginya beban bunga yang harus dibayar VIVA. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan merugi lebih dikarenakan kerugian atas selisih kurs dan beban bunga.
Pendapatan perusahaan hingga akhir Maret 2019 terkoreksi 16,39% YoY menjadi hanya Rp 522,96 miliar dari kuartal pertama tahun lalu sebesar Rp 625,51 miliar.
Penurunan ini dikarenakan sumber pendapatan utama perusahaan, yaitu pendapatan iklan turun 14,83%. Sementara itu, pendapat non-iklan tumbuh signifikan dengan naik 29,26% secara tahunan.
Untuk perusahaan yang bergerak di industri media terintegrasi, penurunan pada pendapatan umumnya jarang dibarengi dengan penurunan pada beban operasional. Pasalnya, untuk menjaga rating siaran, tentunya jumlah program yang disiarkan akan sama, bahkan bertambah.
Dengan demikian, wajar saja jika beban operasional (usaha) perusahaan tidak berbeda jauh dengan kuartal pertama tahun lalu. Beban usaha yang dicatatkan perusahaan pada kuartal I-2019 sebesar Rp 520,77 miliar, sedangkan di periode yang sama tahun lalu ada di Rp 520,74 miliar.
Jika pos pembiayaan utama tidak terkoreksi, sudah pasti menekan ruang pergerakan bottom line atau laba perusahaan. Margin laba usaha VIVA yang pada kuartal I-2018 mencapai 16,75%, pada akhir Maret 2019 hanya sebesar 0,42%.
Kinerja perusahaan semakin diperparah karena nilai beban keuangan masih terbilang tinggi, bahkan tercatat naik tipis.
Pada 3 bulan pertama tahun ini, VIVA membukukan beban keuangan sebesar Rp 112,18 miliar, naik 2,28% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 109,68 miliar.
Di lain pihak, nilai aset VIVA hingga akhir kuartal I-2019 tercatat sebesar Rp 8,36 triliun, naik 4,75% YoY dari kuartal pertama tahun lalu yang tercatat Rp 7.96 triliun. Sedangkan untuk total liabilitas (utang) mencapai Rp 6,75 triliun dan total ekuitas tercatat sebesar Rp 1,61 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Asumsi Harga Non-HMETD VIVA Rp 154 Per Saham
Pada tiga bulan pertama tahun ini VIVA kembali merugi Rp 90,45 miliar. Namun jumlah kerugian tersebut lebih kecil 9,59% secara tahunan (YoY) dibandingkan kerugian pada kuartal I-2018 yang sebesar Rp 100,04 miliar.
Meski nilai kerugian yang dibukukan turun, tampaknya kinerja perseroan belum pulih dari tahun lalu yang membukukan rugi bersih Rp 1,01 triliun.
Momok kinerja perusahaan yang kurang memuaskan ini, sedikit berbeda dengan penyebab kerugian di kuartal I-2018.
Pendapatan perusahaan hingga akhir Maret 2019 terkoreksi 16,39% YoY menjadi hanya Rp 522,96 miliar dari kuartal pertama tahun lalu sebesar Rp 625,51 miliar.
Penurunan ini dikarenakan sumber pendapatan utama perusahaan, yaitu pendapatan iklan turun 14,83%. Sementara itu, pendapat non-iklan tumbuh signifikan dengan naik 29,26% secara tahunan.
Untuk perusahaan yang bergerak di industri media terintegrasi, penurunan pada pendapatan umumnya jarang dibarengi dengan penurunan pada beban operasional. Pasalnya, untuk menjaga rating siaran, tentunya jumlah program yang disiarkan akan sama, bahkan bertambah.
Dengan demikian, wajar saja jika beban operasional (usaha) perusahaan tidak berbeda jauh dengan kuartal pertama tahun lalu. Beban usaha yang dicatatkan perusahaan pada kuartal I-2019 sebesar Rp 520,77 miliar, sedangkan di periode yang sama tahun lalu ada di Rp 520,74 miliar.
Jika pos pembiayaan utama tidak terkoreksi, sudah pasti menekan ruang pergerakan bottom line atau laba perusahaan. Margin laba usaha VIVA yang pada kuartal I-2018 mencapai 16,75%, pada akhir Maret 2019 hanya sebesar 0,42%.
Kinerja perusahaan semakin diperparah karena nilai beban keuangan masih terbilang tinggi, bahkan tercatat naik tipis.
Pada 3 bulan pertama tahun ini, VIVA membukukan beban keuangan sebesar Rp 112,18 miliar, naik 2,28% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 109,68 miliar.
Di lain pihak, nilai aset VIVA hingga akhir kuartal I-2019 tercatat sebesar Rp 8,36 triliun, naik 4,75% YoY dari kuartal pertama tahun lalu yang tercatat Rp 7.96 triliun. Sedangkan untuk total liabilitas (utang) mencapai Rp 6,75 triliun dan total ekuitas tercatat sebesar Rp 1,61 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Asumsi Harga Non-HMETD VIVA Rp 154 Per Saham
Most Popular